News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Euro 2020

Live Streaming Euro 2020: Jadwal Lengkap Babak Perempat Final EURO 2020, Cara Nonton Mola TV di Sini

Penulis: Muhammad Barir
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pemain depan Inggris Harry Kane merayakan setelah mencetak gol kedua selama pertandingan sepak bola babak 16 besar UEFA EURO 2020 antara Inggris dan Jerman di Stadion Wembley di London pada 29 Juni 2021.

Di antara empat tim berpengalaman juara Eropa itu, Spanyol adalah tim yang paling banyak merasakan juara Piala Eropa dengan jadi juara 3 kali (1964, 2008, 2012).

Tiga tim lainnya berpengalaman jadi juara satu kali. Italia berpengalaman jadi juara 1 kali (1968), Republik Ceko berpengalaman juara 1 kali (1976), dan Denmark juga berpengalaman jadi juara 1 kali (1992).

Tim Berpengalaman Juara Piala Eropa

Spanyol
3 kali (1964, 2008, 2012)

Republik Ceko
1 kali (1976)

Denmark
1 kali (1992)

Italia
1 kali (1968)

Tim Tidak Pernah Juara Piala Eropa

Belgia

Inggris

Swiss

Ukraina

Empat Tim Kuda Hitam Siap Menggigit

EMPAT tim Kuda Hitam berhasil lolos Perempat Final Euro 2020. Setelah mereka berhasil menghadirkan kejutan-kejutan pada babak 16 Besar.

Tim-tim yang kurang diunggulkan dan dijuluki kuda hitam berhasil unjuk gigi dan tampil lebih menggigit. Mereka bermain tanpa kenal rasa takut saat mereka berhasil menyingkirkan tim-tim raksasa.

Hingga babak Perempat final, ada empat tim yang berstatus underdog atau kuda hitam.

Empat tim non-unggulan atau tim underdog yang berhasil lolos babak perempat final adalah Swiss, Republik Ceko, Denmark, dan Ukraina.

Sedangkan empat tim unggulan yang masih bertahan sampai babak perempat final adalah Italia, Belgia, Spanyol, dan Inggris.

Di antara kejutan yang paling fenomenal terjadi di babak 16 Besar adalah tersingkirnya juara dunia, Prancis. Kejutan yang dibuat oleh Swiss yang berhasil menaklukkan juara Piala Dunia 2018 itu lewat adu penalti.

Tim yang memiliki julukan "A-Team" itu tampil penuh percaya diri dalam laga penuh drama saat menyingkirkan Prancis pada babak 16 besar. Sempat tertinggal 1-3 namun berhasil membuat skor 3-3 hingga memenangkan duel dalam drama adu penalti.

Dalam duel penalti itu, kiper mereka Yann Sommer menjadi pahlawan kemenangan setelah berhasil menepis tendangan Kylian Mbappe sebagai penendang terakhir di tim Prancis. Les Bleus pun tersingkir dalam laga yang digelar di Bukarest.

Pada awal laga, pertahanan tiga pemain yang dipasang Didier Deschamps ditembus oleh Haris Seferovic. Dia menanduk bola sundulan yang mengarah ke sisi kiri gawang Hugo Lloris. Gol itu bertahan hingga babak pertama usai.

Masuknya Kingsley Coman saat istirahat memicu perubahan performa untuk Les Bleus. Lloris mengubah momentum saat dia dengan brilian dia menyelamatkan gawang dari sepakan penalti Ricardo Rodríguez setelah pelanggaran Benjamin Pavard terhadap Steven Zuber, dan Prancis mengambil keuntungan penuh.

Gol pada babak pertama berhasil balas dengan tiga gol oleh Prancis masing-masing oleh Karim Benzema pada menit 57 dan 59, serta sepakan keras Paul Pogba dari luar kotak penalti pada menit 75.

Namun skuat Swiss pantang menyerah. Seferovic mencetak gol pada menit 81 dan Mario Gavranovic mencetak gol pada menit terakhir untuk memaksa laga dilanjutkan dalam masa perpanjangan waktu.

Mbappe yang menjadi penendang terakhir gagal mencetak gol dari tendangan penalti. Sepakan striker PSG itu digagalkan Jann Sommer sekaligus menjadi penentu kemenangan dari tim yang dilatih Vladimir Petkovic.

Granit Xhaka yang menjadi man of the match untuk pertandingan itu mendapat pujian atas permainannya sebagai gelandang di lini tengah.

"Sangat mengesankan di lini tengah, ofensif dan defensif. Pemimpin timnya dengan komunikasi dan organisasi yang hebat," kata Corinne Diacre, Pengamat Teknis UEFA dikutip situs UEFA.

Penyelamatan penalti Lloris tampaknya menjadi titik balik dan, setelah mencetak tiga gol cepat, Prancis seharusnya tidak membiarkan Swiss mengembangkan permainan.

Swiss bermain luar biasa. Deschamps mengakui bahwa ia melakukan kesalahan sejak awal.

Sejarah telah ditulis. Swiss memenangkan pertandingan fase knock out di ajang EURO untuk pertama kalinya dan mereka melakukannya dengan cara yang luar biasa. Mengalahkan juara dunia.

Pemain Swiss yang kompak di lini belakang mendukung permainan dengan tempo tinggi dalam menekan. Mereka sukses membuat frustrasi tiga penyerang Prancis dan mampu memecah kebuntuan. Kegagalan penalti itu telah mengubah momentum tetapi reaksinya tidak bisa dipercaya.

"Luar biasa. Kami membuat sejarah malam ini dan kami semua sangat bangga. Kami menulis sejarah negara sepakbola ini. Sekarang kami menghadapi Spanyol di perempat final. Ini akan sulit tetapi kami bermimpi sekarang," kata Granit Xhaka, kapten Swiss.

"Pertandingan yang luar biasa! Malam sepakbola yang luar biasa! Ini adalah kesempatan kami lolos ke babak 16 besar karena kami tidak pernah berhasil sebelumnya. Luar biasa. Kami bermain dengan hati dan karakter. situasi yang sangat sulit bagi kami setelah penalti gagal. Saya sangat bangga dengan tim, bagaimana mereka bangkit kembali. Kami selalu yakin," kata Yann Sommer, penjaga gawang Swiss.

Kiper Prancis, Hugo Lloris mengakui keunggulan Swiss. "Kami tidak mencari alasan. Penyesalan, jika kami bisa memilikinya, adalah saat kami memimpin 3-1. Dalam beberapa tahun terakhir kami tahu bagaimana cara menutup. Kami melewati setiap emosi yang mungkin terjadi. dan sejujurnya itulah sepakbola yang kami suka. Dua gol saat kami kebobolan dalam seperempat jam benar-benar menyakiti kami," katanya.

Haris Seferovic menjadi pemain Swiss kedua yang mencetak gol di pertandingan EURO berturut-turut setelah Hakan Yakin pada 2008.
Ini merupakan sejarah bagi Swiss. Terakhir kali Swiss sukses dalam pertandingan fase knockout turnamen terakhir sebelum pertandingan ini adalah pada Piala Dunia 1938.

Sebelum Swiss, Denmark membuat kejutan. Salah satu dari tim yang menjadi tuan rumah di Euro 2020 itu lolos ke babak 16 besar setelah menaklukkan Wales di Johan Cruyff Arena, Amsterdam. Denmark membuat kejutan dengan menang telak 4-0. Denmark adalah tim kuda hitam di EURO kali ini. Meskipun hampir 30 tahun yang lalu, Denmark pernah menjadi juara Eropa untuk pertama kalinya.
"Saya ingin meraih kesuksesan bersama Denmark. Saya ingin memenangkan Piala Eropa. Saya ingin mencoba sesuatu yang liar dengan Denmark," kata Kasper Schmeichel.

Kejutan berikutnya adalah saat Republik Ceko menaklukkan Belanda. Meski dalam head to head mereka unggul atas Belanda, namun pada laga itu Republik Ceko dianggap sebagai underdog dari Belanda yang lebih difavoritkan.

Patrik Schick dan kawan-kawan dari Republik Ceko menyingkirkan Belanda dengan Kemenangan 2-0 memastikan langkah mereka ke perempatfinal.

Meski disebut tim Kuda Hitam, Republik Ceko negara yang dulunya bernama Cekoslowakia pernah jadi juara Eropa pada 1976 setelah di final menaklukkan Jerman 5-3 lewat adu penalti setelah imbang 2-2.

Satu tim kuda hitam lainnya hadir di babak Perempat final. Laga Swedia melawan Ukraina pada babak 16 besar itu dipastikan akan membuat EURO 2020 ini memiliki empat tim kuda hitam di babak perempatfinal Euro 2020. Ukraina berhasil menang dengan skor 2-1 dalam laga babak tambahan waktu (Extra time).

Hadirnya tim Kuda hitam sebenarnya hal biasa dalam penyelenggaraan turnamen Euro. Selalu ada tim yang mampu membuat kejutan-kejutan.

Tim tersebut menaklukkan tim unggulan, menembus babak-babak utama, atau bahkan lolos hingga babak final dan menjadi juara seperti yang pernah dilakukan oleh Yunani di Kejuaraan Euro 2004 lalu. (Tribunnews/mba)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini