Dan kejadian di Kopenhagen, menunjukkan mengapa Kjaer adalah kapten Denmark dari sekian banyak pemain Senior.
Kjaer adalah jebolan akademi Midtjylland, tingginya ideal, membuat Kjaer dengan mudah menarik perhatian tim-tim besar.
Real Madrid sempat berminat mendatangkannya pada 2008, namun, urung karena Kjaer lebih memilih Palermo yang berlaga di Serie-A.
Di Kualifikasi Piala Dunia 2010, Kjaer menunjukkan kelasnya, menghadapi Swedia, Kjaer harus menjaga Zlatan Ibrahimovic yang dikenal sangat senang membully pemain belakang lawan.
Kjaer, tampil dewasa, ia mematikan Ibrahimovic, sekaligus mengunci kemenangan 1-0 Denmark atas Swedia.
Anomali datang di Kualifikasi Piala Dunia 2014 dan Euro 2016, ia menjadi kambing hitam kegagalan Denmark menembus babak final dua turnamen besar tersebut.
Namun, Glen Riddersholm yang saat itu melatih Midtjylland, membela Kjaer.
Menurutnya, duetnya di lini belakang dengan Daniel Agger tidak berjalan baik karena cara berbeda dalam bertahan.
Agger lebih suka melakukan man to man marking, sedangkan Kjaer yang bermain di Italia, lebih suka memainkan zonal marking, ini yang membuat keduanya nampak kesulitan ketika bermain bersama.
Kjaer menjadi kapten kemudian pada 2016, setelah Daniel Agger pensiun, bersamaan dengan itu, Age Hareide ditunjuk sebagai pelatih kepala.
Di bawah asuhan Hareide, Kjaer tidak tergantikan, kualitas yang dimiliki Kjaer adalah alasan kenapa dirinya menjadi kapten.
Meskipun ada Kasper Schmeichel yang lebih tua dua tahun dari Kjaer, Hareide merasa, adanya kekosongan jika kapten Denmark tidak diemban oleh Kjaer.
Ketika asosiasi sepak bola Denmark memiliki masalah dengan para pemain Denmark, Kjaer menantang DBU (PSSI-nya Denmark) menunjukkan komitmennya.
Denmark saat itu harus bermain dengan tim amatir dalam laga uji coba menghadapi Slovakia, dan membuat DBU akhirnya turun tangan.
Baca juga: Dampak Hasil Inggris vs Denmark Berpotensi Gagal Wujudkan Final Idaman Euro 2021