Regista juga harus memiliki akurasi umpan yang tepat baik bola panjang atau umpan pendek.
Tugasnya tidak selesai, ia juga harus dengan cepat berpindah posisi untuk mendapatkan bola jika penyerang atau gelandang kesulitan memecah pertahanan lawan.
Dan ketika bertahan, ia menjadi pemain pertama yang membuat situasi overload bagi timnya, dengan menjadi pemain bertahan tambahan dan membuat penyerang lawan kesulitan mencari ruang kosong.
Kemampuan intersep, dan memotong aliran bola lawan ditabah dengan duel-duel lini tengah adalah tugas lain dari seorang regista.
Maka jangan heran regenerasi posisi ini bisa menjadi penentu gelar bagi tim.
Baca juga: Profil Kaio Jorge: Wonderkid Kaio, Striker Berusia 19 asal Brasil yang Segera Mendarat di Juventus
Baca juga: Mezzala, Kunci Sukses Barcelona, Manchester City, Juventus hingga Timnas Italia
Andrea Pirlo dan Jorginho adalah dua regista yang mungkin terkenal.
Pirlo melakukannya di Milan dan Juventus.
Bersama Ancelotti di Milan, ia menjadi holding midfield dalam skema 4-4-2, di antara Massimo Ambrosini, Gennaro Gattuso dan Seedorf.
Di Juventus ia memiliki peran serupa dengan skema 3-5-2 Conte.
Pirlo mengisi tempat di belakang Vidal, Marchisio dan Pogba, sebagai pengatur tempo serangan.
Sejatinya ini yang diharapkan dari Eriksen di Inter Milan ketika didatangkan Conte.
Tetapi seperti yang diucapkan Pozzo, Erikson gagal menjadi Regista yang diharapkan.
Sedangkan Jorginho adalah contoh lain, sejak di Hellas Verona, ia adalah gelandang sentral yang punya kemampuan bertahan dan menyerang sama baiknya.
Di bawah Maurizio Sarri, skema 4-3-3 Napoli menunjukkan peran lebih dari Jorginho.