Bersama Allan, ia berotasi posisi di tengah dan kanan, di belakang Hamsik.
Dan di Chelsea Jorginho adalah potongan paripurna dari skema Tuchel, juara Liga Champions mestinya sudah cukup menggambarkan perannya di The Blues.
Dan tidak salah ketika Roberto Mancini membangun tim di sekitar Jorginho-Veratti-Insigne, karena perpaduan ketiganya sukses membawa gelar juara Euro 2021.
Selain keduanya, ada Michael Carrick dan Xabi Alonso.
Carrick diharapkan bermain seperti Scholes atau Roy Keane, dan Alex Ferguson justru mendapatkan keduanya dalam satu tubuh.
Carrick tidak cepat, tetapi punya akurasi umpan yang luar biasa, ia tidak sekeras Keane, tetapi kemampuan memotong bolanya sangat membantu pertahanan Manchester United.
Sedangkan Xabi Alonso menjadi regista kala bermain bagi Bayern Munchen di bawah Pep Guardiola.
Xabi Alonso tidak memiliki tugas bertahan di Liverpool dan Real Madrid.
Tetapi statistik yang diterima Pep bahwa kemampuan intersep Alonso di atas rata-rata, membuat Pep menjadikannya regista.
Tugas itu dijalankan dengan baik oleh Alonso, dan Pep Guardiola sedang mencari pemain yang bisa bermain di posisi ini, namun sejauh ini hanya Rodri yang paling mendekati permainannya.
Dan regista selalu kuran mendapatkan apresiasi, semua mengerdilkan peran Jorginho, Carrick atau Alonso.
Tetapi seperti sutradara di balik layar, kemampuan menciptakan script untuk jalannya permainan adalah kehebatan mereka.
(Tribunnews.com/Gigih)