Jadi, UEFA menggantinya dengan proyeksi keuangan klub untuk waktu sekarang dan akan datang.
Direktur Research dan Stabilitas Keuangan UEFA, Andrea Traverso mengatakan pihaknya bakal mengkaji skema yang lebih baik untuk menjawab tantangan gaji besar yang akan menjamur di masa mendatang.
Covid-19 mempengaruhi krisis pemasukan dan berdampak pada likuiditas klub. Ini adalah krisis yang berbeda dari apa yang pernah kami tangani sebelumnya," ungkap Traverso.
"Saya pikir aturannya perlu berkembang lagi. Aturan ini harus beradaptasi dengan konteks klub beroperasi sekarang ini."
"Aturan titik impas (break-even) sudah terlihat usang."
"Pandemi ini menuntut perubahan cara pendang dengan fokus ke masa sekarang dan masa depan, alih-alih masa lalu," sambungnya.
Diketahui, aturan Financial Fair Play (FFP) merujuk pada neraca keuangan klub pada tiga musim terakhir.
Hal itu turut mempertimbangkan keuntungan dan kerugian klub pada tiga periode tersebut.
Andrea Traverso menyatakan tentang pelonggaran aturan FFP ini pada medio bulan Maret 2021 lalu.
Merujuk dari pernyataan sang DIrektur Keuangan, tentu PSG tak memiliki masalah menangani masalah gaji Messi dan pemain bintang lainnya.
Sebab, uang bukanlah isu bagi Les Parisiens setelah dimiliki taipan dari Timur Tengah.
Ditambah lagi, mereka juga akan mendapat keuntungan dari penjualan pernak-pernik dari pemain bintang yang mereka miliki.
Bisa jadi itu akan meringankan beban klub untuk membayar besaran gaji para pemain.
(Tribunnews.com/Guruh)