Jika dipetakan satu per satu, keunggulan dalam menggaransi lini pertahanan diberikan kepada Tomori dan Kjaer selain tugas utama dari Mike Maignan.
Jelas, kekuatan pertahanan grendel dapat dilihat dari eksatuan tim. Namun tanpa adanya sisi leadership yang baik, maka sulit untuk diwujudkan.
Kjaer menjadi opsi yang paling masuk akal untuk memimpin sektor vital Difensore dibandingkan dengan Romagnoli.
Beralih ke sisi 'pelayan' atau pemain yang dapat memberikan assist. Jika musim lalu Inter Milan memiliki Achraf Hakimi, maka Rossoneri mempunyai Davide Calabria.
Calabria memang memiliki permainan 'kalem' jika dikomparasikan dengan Theo Hernandez.
Davide Calabria juga memiliki keunggulan melalui aksi overlap maupun umpan-umpan terukur yang ia berikan.
Selain dirinya, AC Milan juga tersedia opsi Florenzi. Mantan pemain PSG ini dapat memberikan kreativitas yang lebihd alam urusan memberikan assist.
Kualitasnya yang berlabel Timnas Italia menjadi jaminan bahwa aksi-aksi pelayanan yang diberikan kepada Giroud dan Zlatan Ibrahimovic bisa berujung gol.
Sedangkan tugas untuk mewujudkan 'garang dalam menyerang' menjadi kepemilikan Theo Hernandez.
Bukan menjadi rahasia kembali jika pemain asal Prancis tersebut memiliki dwifungsi sekaligus. Kuat bertahan namun piawai dalam menyerang.
Ia juga mendapatkan sematan julukan sebagai 'bek rasa striker'. Naluri golnya yang meledak-ledak sudah ia buktikan selama dua musiam beruntun membela Rossoneri.
Tiga indikator inilah yang menjadi senjata tersembunya dari AC Milan.
Kuat bertahan menjadi gambaran bagaimana kekuatan Tomir dan Kjaer.
Memanjakan barisan penyerang merupakan tugas dari Calabria dan Florenzi. Sedangkan ledakan untuk menciptakan gol dibebankan kepada 'si kereta ekspres', Theo Hernandez.
(Tribunnews.com/Giri)