West Ham pun rela merogoh kocek 7 juta pounsterling untuk mendatangkan pemain berpostur 180cm itu pada deadline day transfer 2015/2016.
Ia didatangkan di musim yang sama dengan Victor Moses, Nikita Jelavic, dan mantan pemain Barcelona, Alex Song.
Perjalanan karir Antonio pun bisa dibilang biasa-biasa saja hingga musim 2018/2019.
Barulah di musim 2020/2021 dan musim baru 2021/2022 namanya mencuat ke permukaan sebagai bomber subur di Premier League.
Di dua musim tersebut, namanya seringkali bersaing bersama dalam daftar topskor bersama bomber-bomber subur Premier League lainnya seperti Mo Salah, Jamie Vardy hingga Harry Kane.
Kemampuan terbaik Antonio dipoles oleh David Moyes.
Di tahun lalu, The Hammers harus rela kehilangan striker mereka, Marko Arnautovic yang hengkang ke Shanghai Port.
Sebastian Haller yang didatangkan dari klub Jerman, Frankfurt pun justru tampil mengecewakan dan lebih banyak menghabiskan waktu di ruang perawatan.
Dari situ, tangan dingin Moyes pun diuji.
Ia memasang Antonio menjadi stiker murni dengan formasi 4-2-3-1.
Hasilnya pun sempurna, Antonio berevolusi menjadi seorang bomber yang subur dan kuat menahan bola di tengah.
Meskipun di awal ia membenci bermain sebagai striker, namun pemain asal Jamaika itu mampu beradaptasi dengan cepat.
“Awalnya aku membencinya,” kata Michail Antonio dilansir dari The Guardian.
Ia lalu menambahkan alasan mengapa ia tak menyukai posisi barunya.