Pemain AHHA PS Pati, Syaiful Indra Cahya melakukan tindakan melanggar fairplay dalam laga itu.
Ia melakukan tendangan kungfu terhadap pemain Persiraja, Muhammad Nadhiif hingga membuatnya tergeletak di lapangan.
Menanggapi hal di atas, Doni Setiabudi yang menjabat Manajer AHHA PS Pati buka suara.
Menurutnya, perang urat syaraf sebelum pertandingan merupakan hal wajar di dalam sepak bola.
Ia pun lebih pilih dalam persiapan timnya dan meminta menjawab psy war tersebut dengan kemenangan AHHA PS Pati.
"Saya pikir itu lumrah. Solo kan jadi tuan rumah. Kalau ada psy war, itu jadi unsur entertainment (hiburan)." kata Doni Setiabudi kepada Tribun Jateng di Pendopo Kabupaten Pati, Rabu (22/9/2021).
Kalau saya pribadi sih bilang ke anak-anak, tidak perlu pikirkan itu. Cukup bungkam dengan prestasi dan kemenangan," jelasnya.
Sementara, Komisaris AHHA PS Pati Saiful Arifin punya pandangan sedikit berbeda.
Menurut pria yang akrab disapa Safin ini, sebagai tuan rumah Gibran mestinya tidak perlu mengucapkan kata-kata semacam itu.
"Seharusnya tuan rumah tidak boleh seperti itu lah. Tuan rumah itu mestinya memberikan kenyamanan untuk seluruh klub.
Tapi kalau agak takut-takut dengan Pati, mungkin bahasanya jadi seperti itu," kata pria yang menjabat sebagai Wakil Bupati Pati ini.
Safin berharap, pihak tuan rumah bisa menjaga keamanan dan kebersamaan di antara segenap tim yang berkompetisi.
"Tuan rumah (mestinya memikirkan) bagaimana menjaga keamanan dan kebersamaan, memastikan fair play, kami berharap seperti itu saja," harapnya.
Lebih lanjut dirinya pun menyatakan bahwa AHHA PS Pati tidak gentar meskipun Persis Solo banyak dihuni para pemain berkualitas.