Tak heran mengapa kontribusi gol Kane begitu menurun musim ini, ia kesulitan untuk menciptakan dan mendapatkan peluang berbahaya.
Tottenham Hotspur tak lagi menunjukkan permainan kolektif nan agresif.
Permainan mereka di bawah Nuno begitu mengandalkan kecepatan Son Heung-min dan Lucas Moura yang berada di lini sayap.
Nuno menyerahkan segala aktivitas ofensif kepada Son Heung-min.
Itu tergambar dari rata-rata tembakannya yang menyentuh angka 3.4 per pertandingan, Harry kane hanya berada di 2.3 per pertandingan.
Baca juga: Mason Mount tak Berharap Dapat Ballon dOr Alasannya, Karena Masih Ada Lionel Messi
Nuno tak mampu memaksimalkan peran keduanya secara bersamaan, Son dan Kane merupakan duet tersubur di eropa musim lalu, namun Nuno sepertinya lupa akan hal itu.
Skemanya begitu mengandalkan kecepatan seorang Son, saat melakukan serangan balik, Son akan berada paling depan untuk menerima umpan.
Baik dari sisi tengah, kiri atau kanan, Son bebas bergerak, yang penting adalah membuka ruang.
Memang bagus untuk mengangkat performa pemain asal Korea Selatan tersebut, namun tidak untuk seorang Kane.
Kane tak mampu bergerak bebas, posisinya terisolir dengan pergerakan Son dan Delle Alli.
“Kami mencoba untuk menemukan perform terbaiknya (Kane) kembali," kata Nuno saat timnya mengalami kekalahan 0-3 atas Chelsea pada (19/9/2021).
"Dengan menciptakan situasi yang dapat meningkatkan sepak bola dan permainan kami, Kane adalah bagian dari tim,” Lanjutnya.
Musim perdana Nuno bersama Tottenham begitu mengecewakan, bukan semata salah Harry Kane yang mandul, tetapi karena Nuno dan Spurs sendiri.
Mereka tak cukup kompeten untuk bersaing di papan atas Liga Primer Inggris.
Hanya 12 angka yang mampu mereka kumpulkan dari 7 pertandingan dan tertahan di peringkat 8.
Sudah terlalu lama Tottenham asyik dengan Son Heung-min sampai melupakan potensi dalam diri Harry Kane.
Nuno harus mengambil langkah yang benar dengan mengembalikan lagi taji sang kapten.
(Tribunnews.com/Deivor Ismanto)