Bermain brilian, Isco mampu menyumbangkan dua gelar Liga Champions untuk Real Madrid di dua musim berturut-turut.
Namun, seiring berjalannya waktu, formasi 4-3-1-2 yang sering digunakan untuk mengedepankan kreatifitas sang playmaker digantikan dengan skema 4-3-3 yang lebih mengutamakan keseimbangan tim.
Alhasil, peran Isco pun mulai terpinggirkan, musim lalu saja, dari 29 pertandingan pemain asal Spanyol tersebut hanya bermain selama 1092 menit dengan rata-rata menit bermain 37 menit per pertandingan.
Di sepak bola modern, gelandang bertipe box to box dan pekerja keras lebih dipilih dalam skema 4-3-3 dan 3-4-3, yang sekarang menjamur dan digunakan oleh banyak tim-tim besar.
Sebagai salah satu mantan pemain terbaik dalam peran trequartista, Ricardo Kaka memahami bahwa sepak bola era sekarang tak lagi mendukung pemain tipikal seperti itu.
Menurutnya, garis pertahanan yang tinggi membuat pemain nomor 10 kesulitan untuk menciptakan kreativitas.
"Kita tidak punya lagi pemain klasik no.10," kata Kaka dilansir Sky Sports.
"Saya telah melihat perubahan dalam pertandingan. Situasinya canggung sebab bukan berarti pemain-pemain seperti itu tidak ada, hanya posisi-posisi lain dipandang lebih penting,"
"Alih-alih, sekarang kita punya formasi 4-3-3 di mana ketiga gelandang adalah pemain box to box,"
"Ketika garis pertahanan tinggi, ruang kosong menjadi lebih sempit, jadi pemain nomor 10 tak lagi mempunyai ruang untuk mengembangkan permainan," pungkas mantan pemain AC Milan itu.
Di musim ini, praktis hanya seorang Bruno Fernandes di Manchester United dan Kevin de Bruyne di Manchester City yang mampu tampil konsisten di peran trequartista karena terbantu oleh taktik manajer mereka yang masih mengoptimalkan peran nomor 10 di sistem permainan.
Pemain muda milik AC Milan, Brahim Diaz masih harus banyak membuktikan diri untuk bisa disebut sebagai trequartista yang handal, apalagi dirinya juga sering diberi peran sebagai seorang winger oleh pelatihnya, Stefano Pioli.
(Tribunnews.com/Deivor Ismanto)