Peran ini memberikan dua keuntungan bagi skema yang diusung oleh Jurgen Klopp.
Yang pertama, adanya Firmino di posisi tersebut membuat jarak antar lini Liverpool tidak terlalu jauh, ia menjadi jembatan antara lini tengah dan depan The Reds.
Yang kedua, Firmino memberikan ruang bagi Mo Salah dan Sadio Mane untuk merangsek masuk ke dalam kotak penalti lawan.
Gol pertama Liverpool yang dicetak oleh Sadio Mane pada laga melawan Watford di Liga Inggris adalah contohnya.
Firmino yang berada di area tengah serangan, memberi celah bagi Mane untuk mendapatkan ruang di dalam kotak penalti The Hornets.
Dan benar saja, memanfaatkan celah yang diberikan Firmino, serta umpan cantik dari Mo Salah, pemain asal Senegal tersebut sukses menjebol gawang Watford, sekaligus menjadi gol ke 100-nya di Liga Inggris.
Bagi Firmino, mencetak gol dan assist hanya hasil akhir, melihat caranya bermain yang membuat Firmino begitu spesial.
Menjadi penyerang tengah hanya soal posisi dalam susunan pemain, tugas seorang penyerang sebagai mesin gol tidak menjadi tanggung jawab dia.
Itu membuat Firmino berkembang menjadi pemain kreatif dan tidak egois.
Ia tak segan memberi umpan kepada Mane dan Mo Salah ketika memiliki kesempatan lebih baik untuk mencetak gol, tugasnya memang demikian.
Itulah yang menjadi alasan seorang Firmino mampu menjadi penyerang tengah yang maksimal dalam taktik Klopp, ia adalah sutradara dalam skema mantan pelatih Brussia Dotrmund tersebut.
Kemegahan Liverpool bukan hanya soal trio lini depannya, namun juga pada identitas anak muda The Reds yang mampu tampil mengesankan.
Menemukan pengganti Wijnaldum dalam diri Curtis Jones
Liverpool tak pernah kehilangan potensi pemain muda di lini tengah, setelah cedera horor yang diterima oleh Harvey Elliot, The Reds masih memiliki seorang Curtis Jones, pemain asli akademi Liverpool yang berhasil tampil cemerlang musim ini.