News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Super Pandit

Momentum Kebangkitan MU, Skema Tiga Bek Solskjaer, Posisi Baru Sancho, dan Kesempatan van de Beek

Penulis: deivor ismanto
Editor: Dwi Setiawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pelatih Manchester United Norwegia Ole Gunnar Solskjaer (3L) menyapa para pemainnya di akhir pertandingan sepak bola grup F Liga Champions antara Atalanta dan Manchester United di stadion Azzurri d'Italia, di Bergamo, pada 2 November 2021. Marco BERTORELLO / AFP

TRIBUNNEWS.COM - Posisi Ole Gunnar Solskjaer memang masih belum aman di Manchester United.

Laga melawan Watford di pekan ke-12 Liga Inggris pada Sabtu, (20/11/2021) tentunya menjadi momentum baginya untuk meyakinkan para petinggi United bahwa ia masih layak duduk di kursi kepelatihan Setan Merah.

Solskjaer pastinya tak ingin kehilangan poin lagi setelah hasil mengecewakan ia berikan kepada United saat melawan Manchester City di kandang sendiri.

Atas kekalahan tersebut, Manchester United pun saat ini terlempar di posisi keenam Liga Inggris dengan torehan 17 poin.

Baca juga: Jadwal Liga Inggris Pekan Ini: Liverpool vs Arsenal, Leicester vs Chelsea, Watford vs Man United

Baca juga: Gareth Southgate Kunci Ketajaman Harry Kane, Dirusak Nuno Santo, Menanti Peran Antonio Conte

Segala cara akan Solskjaer lakukan untuk mengamankan tiga poin atas tim asuhan Claudio Ranieri tersebut.

Ya, dan sorotan tertuju pada perubahan strategi yang ia lakukan.

Jika biasanya pelatih asal Norwegia bermain dengan skema 4-2-3-1, di tiga pertandingan terakhir, Solskjaer melakukan perubahan dan bermain dengan menggunakan 3-5-2.

Skema tersebut diprediksi akan dipatenkan sang juru taktik untuk mengarungi laga-laga Manchester United.

Meski belum menujukkan hasil yang konsisten, skema tiga bek terbukti sudah dua kali menyelamatkan posisi juru taktik berusia 48 tahun itu.

Di posisi 3 bek, Harry Maguire akan menjadi tulang punggung lini pertahanan Setan Merah ditemani Victor Lindelof dan Aaron Wan Bissaka.

Kenapa Wan Bissaka di tengah? karena pemain asal inggris memiliki kemampuan bertahan yang sangat baik.

dengan skema 3 bek, selayaknya ia lebih diandalkan Solskjaer untuk bertahan di tengah, dari pada menjadikannya wing back.

Ia akan lebih cocok jika dimanfaatkan seperti peran seperti Cesar Azpilicueta di Chelsea.

Di tengah, sektor wing back bisa diisi oleh Luke Shaw dan Jadon Sancho.

Dengan skema 3 bek, Luke Shaw mampu membuktikan kualitasnya bersama Timnas Inggris.

ia menjadi aktor penting di sisi kiri dengan mampu mengantar Inggris bermain di Final Euro.

Nama Jadon Sancho dipilih karena pemain asal inggris itu mempunyai kualitas dribble dan akurasi umpan yang baik.

Pakem 3-5-2 Solskjaer memang memaksa Sancho untuk tampil lebih ke belakang, meski menuai kritik tajam, namun opsi tersebut sebenarnya cukup rasional untuk dipakai Solskjaer.

Striker Manchester United Inggris Jadon Sancho bereaksi selama pertandingan sepak bola Liga Premier Inggris antara Manchester United dan Manchester City di Old Trafford di Manchester, barat laut Inggris, pada 6 November 2021. Oli SCARFF / AFP (Oli SCARFF / AFP)

Baca juga: Jadon Sancho, Fullback Baru Manchester United, Opsi Solskjaer, Bantuan untuk Bruno & Ronaldo

Sebagai pemain yang beposisi sebagai winger murni, Sancho tidaklah lalai untuk membantu pertahanan, ia rajin melakukan pressing ke lawan dengan statistik 2.21 pressing per pertandingannya.

Hadirnya Sancho sebagai wing back juga diprediksi dapat membuat serangan United lebih rancak. Di tiga partai terakhir, 63% serangan United berawal dari sisi kiri.

Sisi kanan yang diisi oleh Wan Bissaka tak mampu memberi kontribusi berarti terhadap serangan Setan Merah.

Sancho dengan skill olah bola dan kemampuan dribble yang ia miliki jelas dapat membuat gelombang serangan United lebih rancak dan berbahaya.

Keahliannya dalam memberi umpan-umpan crossing juga dapat melayani sosok Cristiano Ronaldo yang lebih banyak berada di kotak penalti.

Kekurangannya dalam bertahan dapat ditutup Wan Bissaka yang bermain tepat di belakangnya.

Di gelandang tengah, kreatifitas Bruno Fernandes akan dibantu Scott McTominay dan Donny van de Beek.

Dengan cederanya Paul Pogba dan buruknya penampilan Fred, kesempatan layak diberikan pada sosok van de Beek.

secara kualitas, Donny merupakan pemain yang mumpuni dan jauh lebih berkualitas dari Fred.

Ketika masih membela Ajax Amsterdam, Donny van de Beek telah berhasil mempersembahkan gelar Eredivisie Belanda, KNVB Cup, Johan Cruyff Shield, dan sekali masuk ke partai final Europa League.

Bahkan, ketika Die Amsterdammers tampil di kompetisi Liga Champions Eropa pun, nama Donny van de Beek mencuat dan menjadi incaran klub-klub besar eropa.

Ia juga menjadi salah satu gelandang subur yang memberi kontribusi luar biasa untuk Ajax, satu musim tepat sebelum kedatangannya di United.

Donny van de Beekk (transfermarkt)

Donny berhasil menyumbangkan 10 gol dan 11 assist dari 37 pertandingan, menjadi pemain dengan kontribusi gol terbanyak kedua setelah Dusan Tadic.

Atas torehan menterengnya tersebut, pemain berusia 24 tahun itu masuk ke dalam nominasi peraih Ballon d'Or tahun 2019.

Melihat hal tersebut, sudah jelas kualitas Donny tak patut dipinggirkan Ole hanya untuk memasang Fred yang tampil mengecewakan di beberapa pertandingan.

Lalu, duet lini depan yang cocok untuk skema Solskjaer ini adalah Cristiano Ronaldo dan Mason Greenwood.

Greenwood mampu bermain menjadi striker dan winger dengan sama baiknya.

Insting mencetak golnya juga cukup mentereng, dirinya mampu mencatatkan empat gol dari 10 pertandingan di Liga Inggris bersama Setan Merah musim ini.

Permainannya yang energik dan agresif dapat menjadi tandem yang pas untuk Ronaldo yang lebih banyak menunggu bola di depan.

Ya, tak ada alasan lagi bagi Solskjaer untuk kalah, kemenangan adalah harga mati baginya jika kursi kepelatihannya di Manchester United tak ingin digeser oleh nama lain.

Manajer Manchester United asal Norwegia Ole Gunnar Solskjaer bereaksi selama pertandingan sepak bola Liga Premier Inggris antara Manchester United dan Manchester City di Old Trafford di Manchester, barat laut Inggris, pada 6 November 2021. (OLI SCARFF / AFP)

Kesempatan kedua yang masih diberikan oleh petinggi Setan Merah kepadanya tak boleh ia sia-siakan begitu saja.

Konsistensi yang selama hampir empat tahun menjadi masalah Solskjaer sudah saatnya mampu ia benahi.

Performa buruk dan kekalahan menyakitkan saat melawan Manchester City jelas tak boleh terulang, racikan strategi yang pas dan permainan agresif harus ia tunjukan di setiap pertandingan yang dijalani Manchester United.

(Tribunnews.com/Deivor)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini