TRIBUNNEWS.COM - Tidak ada yang lebih ditunggu di akhir pekan ini untuk para fans Manchester United, selain laga melawan Crystal Palace, Minggu (5/12/2021).
Meskipun kemenangan di Old Trafford nanti malam, bisa mengangkat posisi mereka dan menggeser Arsenal dan Tottenham, laga ini lebih penting dari tiga angka.
Pasalnya, ini adalah laga debut bagi Manajer interim baru mereka, Ralf Rangnick yang menggantikan Solskjaer yang dipecat setelah rentetan hasil buruk.
Meskipun tidak bisa berharap banyak akan laga nanti, toh Ralf Rangnick baru menggelar satu pekan latihan, dan tentu itu tidak cukup untuk mengubah permainan tim, tetapi, setidaknya, jelas akan ada perubahan dari segi skema di laga ini.
Baca juga: Jelang Man United Vs Crystal Palace, CR7 Cedera Saat Selebrasi Siu
Baca juga: Prediksi Line-up Manchester United vs Crystal Palace: Rangnick Debut, Sancho Untung
Baca juga: Top Skor Liga Inggris - Semua Disikat, Mohamed Salah Memang Gak Ada Obat!
Menarik melihat bagaimana Ralf Rangnick menyuntikkan identitas permainannya di Manchester United, dan perubahan seperti apa yang dibawa oleh pria asal Jerman ini.
Selain identitas permainan, bagaimana susunan pemain dan juga skema yang digunakan Ralf Rangnick, yang terkenal sangat tegas dalam pemilihan keduanya.
Jika di Jerman, ada istilah “Rangnick-isation” yang memunculkan karakter pelatih dari pelatih-pelatih Jerman saat ini, maka di Manchester United ada istilah yang lebih mikro: Rangnick-ball.
Rangnick-ball terkenal dengan aturan 8 detik, yang artinya, setiap pemain harus bisa merebut bola dari lawan dalam kurun waktu 8 detik.
Cara ini diadaptasi secara ekstrem oleh Pep Guardiola dengan mengubahnya menjadi 4 detik.
Dengan pendekatan tersebut, maka Manchester United dipastikan akan bermain dengan garis penyerangan tinggi, tetapi itu tidak cukup.
Dikutip dari buku Raphael Honigstein, Das Reboot, Rangnick menjelaskan bahwa kunci dari semuanya adalah penggunaan otak dari para pemainnya.
“Talenta terbesar untuk pemain sepak bola adalah isi kepala mereka, semuanya harus berpikir cepat, membaca situasi, memetakan ruang dan keputusan untuk melakukan akselerasi,” ujar Rangnick.
Rangnick sempat bereksperimen dengan eye-tracking Technology ketika di RB Leipzig, ini adalah latihan untuk para pemain merekam lapangan, mengkoordinasikan dengan kekuatan mata, dan melatih visi mereka untuk bermain.
Produk terbaiknya adalah Naby Keita yang kini ada di Liverpool, kemampuan memvisualkan permainan, adalah alasan mengapa Jurgen Klopp menebusnya.