Bermain dengan skema dasar 4-3-3 di babak pertama. Saat menyerang, skuat asuhan Shin Tae-yong tersebut memakai skema 3-2-4-1 atau 3-2-5.
Tae-yong berusaha menumpuk pemain Indonesia di tengah, dengan menarik Asnawi Mangkualam lebih ke dalam.
Strategi cemerlang Tae-yong membuat Asnawi tak hanya bermain sebagai bek kanan yang rajin melakukan overlap tinggi memanfaatkan kecepatannya.
Lebih dari itu, Asnawi memiliki dua peran dalam taktik yang diterapkan pelatih asal Korea Selatan tersebut, yaitu menjadi bek kanan sekaligus gelandang tengah.
Peran Asnawi itu, membuat Garuda lebih leluasa menguasai ball possesion dan membongkar fondasi pertahanan lawan.
Saat Indonesia membangun serangan, Asnawi akan naik ke tengah untuk berdiri sejajar bersama Rahmat Irianto, lalu posisinya di bek kanan diisi oleh Ridho/Fachrudin, Dewangga di tengah, dan Edo/Arhan berada di kiri.
Dalam skema tersebut, dengan kontrol bola dan teknik yang dimiliki Asnawi, ia dapat membuat lini tengah Garuda lebih kuat dan variatif.
Pergerakan Asnawi ke tengah juga membuat Indonesia unggul jumlah pemain di tengah pada fase awal serangan.
Evan Dimas/Witan dan Ricky Kambuaya sebagai gelandang bisa naik ke area yang tinggi.
Asnawi dan Rahmat Irianto mengisi lini tengah untuk membangun serangan dari bawah.
Evan Dimas dan Witan Sulaeman lebih dibutuhkan di fase akhir serangan dengan kemampuannya dalam mengirim umpan dan menciptakan peluang berbahaya.
Hasilnya pun ciamik, permainan Indonesia begitu cair dan efektif dalam membongkar pertahanan Laos dan Malaysia
Khusunya saat melawan Laos, Indonesia berhasil mendapatkan ball possesion sebanyak 68% dan passing sejumlah 588 dengan akurasi 81%.
Timnas Garuda mampu menguasai jalannya pertandingan dari menit awal hingga akhir, keunggulan jumlah pemain timnas di lini tengah membuat para pemain Indonesia dapat leluasa mengurung pertahanan Laos.