Peran ini memberikan dua keuntungan bagi skema yang diusung oleh Shin Tae-yong.
Yang pertama, adanya striker di posisi tersebut membuat jarak antar lini Timnas Garuda tidak terlalu jauh, ia menjadi jembatan antara lini tengah dan depan Garuda.
Yang kedua, striker memberikan ruang bagi pemain sayap dan gelandang serang untuk merangsek masuk ke dalam kotak penalti lawan.
Itulah yang membuat peran pemain timnas yang muncul dari lini kedua begitu kelihatan, gol-gol Timnas Garuda sering tercipta lewat lini kedua yang diisi Evan Dimas, Irfan Jaya ataupun Witan Sulaeman.
Nyatanya hal itu terbukti sukses, meski bermain tanpa striker tajam, Timnas Indonesia menjadi tim paling produktif di gelaran Piala AFF 2020 dengan torehan 20 gol. Ciamik!
Shin Tae-yong berhasil mengadaptasi taktik Pep Guardiola di Manchester City yang lebih mengutamakan kolektivitas dan lini kedua untuk mencetak gol.
Meski tak memiliki striker murni, Manchester City dibawanya tampil trengginas dengan memuncaki klasemen Liga Inggris dan menjadi tim paling produktif dengan catatan 53 gol.
Hanya masalah waktu bagi Shin Tae-yong untuk membuat Timnas Indonesia tampil lebih matang dan produktif meski tak diisi oleh striker tajam.
Kecerdasannya dalam melihat atribut pemain dan meracik strategi akan membuat Timnas Indonesia tampil bertaji.
Ditambah stok pemain winger Garuda yang melimpah akan membantunya dalam mengotak-ngatik skema.
(Tribunnews.com/Deivor)