Bahkan, Bruno seringkali turun ke tengah hingga lini sayap guna menjemput bola, jelas hal tersebut tidaklah efektif.
Pemain asal Brasil itu bukanlah pendribel handal ataupun pembuka ruang yang mempunyai visi bermain tinggi.
Robert nampaknya harus berpikir dua kali untuk menduetkan Bruno dan David da Silva di laga selanjutnya.
Memang tak ada salahnya bermain pragmatis dengan skuat mentereng, namun Robert harus memikirkan komposisi skuatnya agar Maung Bandung mampu bermain lebih apik.
Pilihannya adalah mencadangkan salah satu dari Bruno dan David da Silva dan memberi kesempatan kepada Ezra untuk menempati posisi striker dalam skema 4-4-2 miliknya.
Ezra adalah orang yang tepat jika Robert membutuhkan efisiensi dan kreativitas di sepertiga akhir serangan Persib Bandung.
Kualitas passing dan visi bermain yang ia miliki akan membuat serangan Persib lebih rancak, ia juga bisa menyelesaikan peluang dengan baik.
Pengalamannya bermain di akademi Ajax Amsterdam bersama pemain-pemain sekaliber Frankie De Jong, Donny van de Beek, hingga bek Juventus, Matthijs de Ligt membuat permainannya begitu matang.
Ezra bukanlah target man, meski memiliki postur yang ideal, 185 sentimeter dan berbadan sedikit bongsor.
Ia tetap memiliki kecepatan dan tektik olah bola yang mumpuni. Di putaran pertama, ia bermain di belakang striker utama Persib dahulu, Wander Luiz.
Ezra lebih banyak bermain melebar dan melakukan fenetrasi dari sisi tepi lapangan.
Ia bukan tipikal striker yang menunggu di kotak penalti, pergerakannya begitu cair dan rajin menjemput bola untuk menjadi jembatan antara lini tengah dan depan.
Cara Robert Rene Alberts memanfaatkan atribut Ezra Walian yang seperti itu harus ia hadirkan kembali di laga Persib Bandung setelahnya.
Kualitas Bruno dan David da Silva memang lebih mentereng dari Ezra dalam urusan mencetak gol.