News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Super Pandit

Kemenangan Chelsea di Liga Champions: Magis Havertz & Sistem Tuchel yang Lebih Moncer Tanpa Lukaku

Penulis: deivor ismanto
Editor: Drajat Sugiri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gelandang Chelsea asal Jerman, Kai Havertz mengontrol bola dalam laga leg pertama babak 16 besar Liga Champions antara Chelsea melawan Lille (LOSC) di Stadion Stamford Bridge, London, Inggris, Rabu (23/2/2022) dini hari WIB. Chelsea berhasil menaklukkan tim tamu dengan skor 2-0 (1-0). AFP/IKIMAGES/GLYN KIRK

Catatan Sky sports per (15/9/2021), menunjukkan bahwa belum satu kali pun seorang Kai Havertz mengirimkan umpan kepada Lukaku.

Bahkan asumsi liar beredar bahwa Havertz sengaja melakukan hal tersebut agar ia mampu menggeser posisi Lukaku di lini depan Chelsea.

Faktanya, progesi skema Thomas Tuchel lebih efektif ketika Chelsea bermain tanpa striker murni atau false nine.

Meski tak rajin mencetak gol di tiap pekan, Havertz mampu membuka ruang bagi Mount dan winger Chelsea lainnya untuk bermain lebih menusuk dan fleksibel.

Bek Crystal Palace asal Inggris, Nathaniel Clyne (kiri) mengadang gelandang Chelsea asal Jerman, Kai Havertz dalam laga lanjutan Liga Inggris antara Crystal Palace melawan Chelsea di Stadion Selhurst Park, London Selatan, Inggris, Sabtu (19/2/2022) malam WIB. Pertandingan berakhir dengan skor 0-1 (0-0) untuk kemenangan Chelsea berkat gol semata wayang Hakim Ziyech di ujung laga (89'). AFP/GLYN KIRK (AFP/GLYN KIRK)

Baca juga: Hasil BRI Liga 1 PSM vs Persib Bandung 0-2, Maung Bandung Dekati Bali United & Arema FC

Baca juga: Ketajaman Dusan Vlahovic, Pengangkat Performa Juventus, Lebih Mentereng dari Cristiano Ronaldo

Havertz yang sering bergerak ke lini tengah dan samping membuat Mount bebas bergerak untuk mengisi pos yang ditinggalkan pemain asal Jerman tersebut.

Pun dengan keleluasaan para wing back The Blues, ketiadaan Lukaku yang sering berada di kotak penalti membuat para wing back Chelsea bebas untuk masuk ke kotak penalti tanpa bertabrakan dengan striker Chelsea.

Sistem yang dipakai Tuchel pun sempat mendapat kritik dari Antonio Conte yang meraih kesuksesan bersama Lukaku di Inter Milan musim lalu.

"Jika Anda memiliki penyerang tengah seperti Lukaku, anda perlu menggunakan dia, dan saya rasa Chelsea belum menemukan cara untuk menggunakannya," kritik tajam Conte dilansir Goal.

Ya, Lukaku memang dibuat garang oleh Antonio Conte, jika di Manchester United Lukaku mengalami paceklik, penampilannya di Inter Milan begitu tajam.

Sempat dianggap terlalu mahal saat mendarat di San Siro, nyatanya polesan tangan dingin Conte mampu membuat Lukaku menjadi penyerang sohor yang namanya disejajarkan bersama Ronaldo dan Immobile di Liga Italia musim lalu.

Dari 44 pertandingan bersama Inter Milan di musim 2020/2021, pria asal Belgia itu sukses mencetak 30 gol dan 10 assist untuk Nerazzurri.

Di Inter, Conte menduetkan pemain Lukaku bersama Lautaro Martinez yang lebih dominan berada di lini tengah. Hal tersebut membuat Lukaku bermain lebih fleksibel.

Striker berbadan tambut tersebut, banyak bergerak di sisi kiri, kanan, hingga menjemput bola sampai ke tengah.

Hal tersebut membuat Lukaku mampu mencari ruang-nya sendiri untuk menciptakan gol, dan hal tersebutlah yang tak terlihat di Chelsea.

Bek Manchester City asal Inggris John Stones (kiri) menjegal striker Chelsea Belgia Romelu Lukaku selama pertandingan sepak bola Liga Premier Inggris antara Manchester City dan Chelsea di Stadion Etihad di Manchester, barat laut Inggris, pada 15 Januari 2022. (OLI SCARFF / AFP)
Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini