TRIBUNNEWS.COM, MILAN- Inter Milan seperti memberikan hadiah untuk AC Milan agar saingannya semakin mantap di puncak klasemen Serie A.
Ini setelah Inter ditahan imbang Torino 1-1 (14/3). Sebelumnya, Nerazzurri tergeser dari posisi dua setelah Napoli menang 2-1 di Verona.
Bahkan, Inter sebenarnya bisa saja terjungkal di Stadion Olimpico Grande Torino dalam pekan ke-29 Serie A.
Pasalnya, mereka tampil buruk, dan sempat tertinggal lebih dulu di menit ke-12 lewat gol bek asal Brasil, Bremer.
Inter pantas berterima-kasih kepada kiper Samir Handanovic yang tampil brilian dengan melakukan tiga penyelamatan krusial, terutama menepis sundulan Armando Izzo pada menit ke-64.
Bek pengganti, Robin Gosens juga menjadi penyelamat setelah dengan gerakan separuh putuas asa bisa menghentikan aksi Josip Brekala yang nyaris mencetak gol fenomenal lewat aksi individunya.
Mereka juga diselamatkan oleh wasit ketika Andrea Ranocchia dinyatakan tidak melanggar Andrea Belotti di kotak penalti sembilan menit sebelum turun minum.
Tiga menit sebelum bubaran, Alexis Sanchez jadi pahlawan Inter. Bermula dari aksi Edin Dzeko yang mengirim umpan ke kotak penalti, disambut Sanzhez dengan sepakan ke pojok gawang, yang tak bisa dibendung Kiper Etrit Berisha.
Hasil imbang itu membuat posisi Nerazzuri melorot ke posisi tiga, empat poin di belakang Milan, dan satu poin dari Napoli di posisi dua.
Inter memang masih punya satu laga tunda, namun hal itu akan percuma jika performa mereka tak kembali membaik.
Bahkan, posisi mereka juga terancam oleh Juventus yang trennya terus menanjak, dan kini hanya berselisih tiga poin di posisi empat
Pelatih Inter Milan, Simone Inzaghi pun meminta pasukannya untuk berbuat lebih lagi jika ingin mempertahankan scudetto.
"Kami tahu bahwa untuk memenangkan Scudetto lagi, kami harus melakukan lebih dan mengambil pendekatan yang berbeda untul laga selanjutnya, tanpa ada alasan," kata Inzaghi dikutip dari Footbal Italia.
Dia berkilah, musim ini Inter kehilangan beberapa energi dan pemain dalam momen-momen yang krusial, namun hal ini tidak bisa dijadikan alasan.
Lebih jauh, Inzaghi mencanangkan tekadnya untuk menyapu bersih sepuluh laga tersisa, dan menjadikan semuanya sebagai partai final.