TRIBUNNEWS.COM - Inter Milan sukses meraih gelar Coppa Italia seusai mengandaskan perlawanan Juventus pada Kamis, (12/05/2022).
Gol-gol yang disumbangkan Nicolo Barella, Hakan Calhanoglu, dan Ivan Persisic membuat Inter berhasil mempermalukan Juventus dengan skor 2-4.
Keberhasilan Simone Inzaghi mengandaskan perlawanan Juventus di final membuat namanya melejit.
Dilansir Squawka, sejak dilatih Inzaghi, Inter tak pernah merasakan kekalahan saat bersua Juventus.
Dari rekor empat pertemuan, Inter Milan sukses mencacatkan kemenangan tiga kali, dan sisanya berakhir imbang.
Ya, gelar Coppa Italia yang disumbangkan Simone Inzaghi juga semakin membuktikan bahwa ia adalah juru taktik andal.
Pikulan beban berat harus menggantikan posisi Antonio Conte yang sukses memberi gelar Scudetto di musim lalu nyatanya tak membuat Inzaghi berkeringat dingin.
Justru sebaliknya, adaptasi dan filosofi yang ia berhasil membuat Inter Milan tampil lebih agresif dan bertaji.
Baca juga: Nasib Dejavu Juventus di Tanah Italia, Nirgelar Musim Ini & Dipecundangi Duo Milan
Baca juga: 5 Hal yang Terjadi Usai Laga Inter Menang 4-2 Atas Inter di Final Coppa Italia, Aksi Ivan Perisic
Sebelum memberi gelar Coppa Italia, trofi Piala Super Italia pun sukses ia berikan setelah 12 tahun lamanya Nerazurri tak berhasil meraihnya.
Dari segi taktik, Inzaghi mempertahankan skema lamanya di Lazio, yaitu bermain dengan pakem 3-5-2.
Harus ditinggal beberapa pemain kunci seperti Romelu Lukaku dan Acharaf Hakimi, tak membuat Inter Milan kehilangan tajinya.
Dilansir FBref, xG komulatif Inter Milan berada di angka 38.12, menjadi yang tertinggi di Liga Italia, mengalahkan Atalanta yang bermain ofensif, pun dengan rival mereka, AC Milan yang hanya memiliki xG 34.11.
Juga dengan torehan gol musim ini, Nerazzurri menjadi tim paling produktif di Liga Italia dengan koleksi 78 gol.
Meski hanya mendatangkan striker gaek berusia 35 tahun, Edin Dzeko untuk pengganti top skor Nerazzurri musim lalu, Romelu Lukaku.
Inzaghi terbukti mampu membuat Dzeko tampil ganas.
Torehan 18 gol Dzeko untuk Inter Milan musim ini menjadi yang tertinggi kedua dibawah Lautaro Martinez yang telah mengantongi 24 gol.
Pemain yang didepak Mourinho dari AS Roma itu tak kesulitan untuk beradaptasi dengan skema Inzaghi.
Rotasi yang kerap juru taktik asal Italia itu lakukan membuat Dzeko tak kehabisan tenaga.
Ia mampu menunjukkan performa apik ketika dimainkan, baik saat tampil starter ataupun datang dari bangku cadangan.
Secara permainan, Inzaghi mengusung play position dengan mengandalkan pergerakan pemain dan perpindahan bola dengan cepat dari kaki ke kaki.
Itu yang menjadi perbadaan gaya permainannnya dengan Conte meski sama-sama menggunakan pakem dasar 3-5-2.
Conte lebih bermain secara direct dan pragmatis, ia mengedepankan umpan lambung yang menusuk mencari para wing back yang memiliki kecepatan.
Permainan yang diusung Inzaghi terbukti mampu membuat Inter Milan lebih sering melakukan passing di dalam kotak penalti.
Rata-rata umpan ke dalam kotak penalti Nerazzurri musim ini berada di angka 14.11 per pertandingannya.
Sedangkan di era Conte, Inter hanya mampu melakukan progresi umpan ke dalam kotak hanya berada di angka 11.23 per pertandingan.
Dari segi kolektivitas, Inzaghi juga mampu meberikan sentuhan yang apik.
Sudah ada 21 pemain berbeda Inter Milan yang mampu mencatatkan namanya di papan skor.
Bahkan, sang wing back, Ivan Perisic telah menciptkan 9 gol untuk Nerazzurri musim ini.
Baca juga: Hasil Liga Inggris: Chelsea Menang Pesta Gol, Kebahagiaan Tuchel Berkurang Akibat Cederanya Kovacic
Baca juga: James Rodriguez Ingin Real Madrid Kalah dari Liverpool karena The Reds Memiliki Satu Pemain Ini
Inter tak terlalu bergantung pada 1 atau 2 pemain untuk mencetak gol.
Saat Dzeko atau Lautaro mengalami paceklik, peran lini kedua sering kali mampu menjadi pemecah kebuntuan.
Lalu di lini tengah, Inzaghi juga mampu mempertahankan permainan apik yang ditunjukkan Brozovic dan Barella musim lalu.
Kedua pemain tersebut tak kehilangannya sentuhannya meski Inzaghi menerapkan adaptasi yang berbeda dengan Antonio Conte.
Brozovic menjadi regista yang mengatur tempo permainan Inter Milan.
Akurasi passing pria asal Kroasia itu mencapai di angka 88.12 % per pertandingan.
Ia juga menjadi sosok kunci di lini tengah sebagai penghalau pertama transisi bertahan ke menyerang lawan saat Nerazurri mendapat serangan balik.
Dengan kuatnya aspek bertahan Brozovic, memberi keleluasaan kepada Barella untuk tampil lebih ke depan dan merepotkan pertahanan lawan.
Barella telah menerobos ke kotak penalti lawan lewat dribel sebanyak tujuh kali, menjadi yang tertinggi di antara gelandang Inter lainnya.
Dribel sukses pria asal Italia itu juga berada di angka 2.66 per pertandingan, kembali menjadi yang tertinggi di antara pemain tengah Nerazzurri.
Baca juga: Komentar Simone Inzaghi seusai Bawa Inter Milan Juara Coppa Italia: Ayo, Lanjut Gas ke Serie A!
Baca juga: Hasil Coppa Italia - Allegri Ngamuk Gegara Ditendang Pemain Inter, Dybala Malah Tersenyum Malu
Ya, adaptasi permainan yang dilakukan Inzaghi selama ini membuat Inter Milan tetap menjadi tim yang diperhitungkan untuk meraih scudetto meski ditinggal oleh derertan pemain kunci.
Ramuan-nya juga sukses membuat Inter Milan melangkah lebih jauh di Liga Champions, mengakhiri catatan buruk yang diukir Conte.
Gaya permainan yang berbeda dengan Antonio Conte juga mampu membuat Inter Milan tampil lebih menghibur dan berbahaya.
Trofi Coppa Italia dan Piala Super Italia telah didapat, kini, Simone Inzaghi berpotensi besar membawa Inter Milan memepertahankan gelar scudetto di musim lalu.
(Tribunnews.com/Deivor)