Akan tetapi, setelah Bagus sudah dewasa dan lebih memilik untuk menekuni bola, akhirnya sang ayah menjual motorcross milik Bagas dan Bagus.
Penjualan motorcross itu tujuannya untuk membelikannya sepatu bola.
"Ya kalau misal mau beli sepatu bola, harus ngorbanin motorcross yang udah dibeli itu," terang Bagus.
Secara tidak langsung, itu menandakan bahwa sang ayah sudah mulai luluh dengan mendukung anaknya.
Bahkan, Bagus juga menerangkan sejak saat itu, karena dia masuk final di salah satu turnamen, ayahnya menonton untuk pertama kali.
"Ahirnya support. Ketika ikut turnamen masuk final dan dia (ayah Bagus) baru pertama kali itu nonton," kata Bagus.
Selain itu, Bagus juga menuturkan bahwa sang Ayah pernah berpesan soal sepak bola.
Saat Bagas Bagus masih harus sekolah, namun anaknya sudah menggeluti dunia sepak bola.
Ayahnya menerangkan kalau ingin jadi pemain sepak bola tak perlu nanggung.
"Kamu kalau akademik, ya belajar, tapi kalau main bola ya sekalian aja (menekuni)," tutur Bagas.
Beruntung sejak saat itu baik Bagas maupun Bagus sudah berhasil membuktikan tajinya.
Satu di antaranya berjuang bersama Timnas Indonesia.
Bagus Kahfi bahkan sempat abroad ke luar negeri untuk bergabung dengan klub Belanda, Utrecht.
Sehingga, saat sempat terhalang support itu, pesepak bola kembar itu mampu membuktikan pada ayahnya.
(Tribunnews.com/Niken)