Laporan Wartawan Tribunnews.com, Abdul Majid
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pengamat sepakbola, Anton Sanjoyo melihat lebih luas soal tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang usai laga Arema FC vs Persebaya Surabaya pada Sabtu (1/10/2022).
Menurut Anton, tragedi yang menewaskan lebih dari 100 orang ini juga tak luput dari perilaku suporter itu sendiri.
Saat itu, suporter Arema FC yang merasa tak puas tim kesayangannya kalah dari Persebaya. 2-3 coba meluapkan kekecewaannya dengan turun ke lapangan.
Banyaknya suporter di lapangan membuat petugas keamanan coba mengantisipasi dengan melepaskan gas air mata, hal ini juga jadi penyebab banyaknya jatuh korban jiwa.
“Ya kalau kita lihat awal mula terjadinya kejadian ini kan ada masuknya sejumlah pendukung Arema yang tidak puas timnya kalah. Jadi ini lah sebetulnya yang memicu rentetan kejadian awalnya dari sini ada yang mengatakan juga yang turun beberapa orang itu kemudian memprovokasi lah, kemudian banyak orang yang turun dan merangsek ke area teknik area dan memicu bentrokan dengan petugas keamanan karena petugas keamanan ingin mendorong mereka kembali ke Tribun. Di situ lah bermula mala petaka ini,” kata Anton saat dihubungi Tribunnews, Selasa (4/10/2022).
Dari peristiwa ini Anton melihat pentingnya sportifitas yang juga harus dirasakan oleh para suporter.
Sifat sportivitas ini harus benar-benar ditanamkan sejak dini, sehingga nantinya mereka yang mempunyai sifat ini akan menerima keputusan dengan lapang dada, baik menjadi atlet ataupun suporter saat menyaksikan pertandingan.
Hal ini juga yang harus diperhatikan PSSI sebagai federasi. Ia berharap kedepan PSSI bisa serius dalam membentuk karakter melalui pesepakbola usia muda.
“Sebetulnya dari sejak kita kecil SSB, grassroots kita kan tidak diajari menang kalah hal yang biasa. Kita tidak pernah diajari sportivitas, kita pernah pegang liga anak-anak 1 tahun lebih itu saya alami sendiri, justru yang merusak anak-anak itu justru orangtua, manajer, pelatih, baut suasana di grassroots itu sangat tidak sportif padahal tujuan berolahraga kan selain sehat untuk membentuk karakter yang sportif,” terang Anton.
“Nah, dalam kaitan dengan PSSI, PSSI selalu abai dengan membentuk karakter itu. Nah karakter itu bukan hanya pemain, pelatih, manajer tapi juga penonton yang dilatih sejak mereka kecil, sejak di grassroots bahwa pertandingan itu hanya menang kalah dan sportif saja,”
“Oleh sebab itu dalam perihal Kanjuruhan kan awalnya dari sana, tidak bisa menerima kekalahan bahwa kemudian terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan, tragedi ya itu bagian dari semua rentetan itu,” pungkasnya.