Anton Sanjoyo Soroti Unsur Kelalaian PSSI, PT LIB, dan Pihak Keamanan di Tragedi Kanjuruhan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Abdul Majid
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pengamat sepakbola, Anton Sanjoyo melihat tragedi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang yang menelan korban jiwa lebih dari 100 orang terjadi karena ada unsur kelalaian.
Menurut Anton ada hal yang luput dari pengawasan atau kesiapan baik itu dari PSSI, PT LIB, Panpel dan unsur keamanan.
Padahal kejadian amarah suporter yang tak puas hingga turun ke lapangan pernah terjadi beberapa pekan sebelum kejadian di Kanjuruhan.
Baca juga: Penjelasan PSSI Soal Pintu-Pintu di Stadion Kanjuruhan Tak Terbuka Seusai Laga Arema vs Persebaya
Baca juga: Tragedi Kanjuruhan, 33 Anak Meninggal, Delapan di Antaranya Perempuan, 7 Sanksi FIFA Intai Indonesia
Saat itu Persebaya takluk 1-2 dari RANS Cilegon FC. Respon dari kekalahan tersebut, suporter Persebaya turun ke lapangan Stadion Gelora Sidoarjo dan melakukan pengrusakan.
“Nah kalau betul seperti itu berarti kan ada hal yang diabaikan karena bentrokan antarsuporter itu ada tapi kekecewaan dalam bentuk amarah seperti yang dilakukan pendukung Persebaya beberapa pekan lalu kan pernah terjadi di Sidoarjo untungnya tidak ada korban jiwa gimana,” kata Anton Sanjoyo saat dihubungi Tribunnews, Selasa (4/10/2022).
“Jadi sebetulnya saya menuding PT LIB, PSSI dan pihak keamanan tidak punya sense of crisis dalam persoalan ini. Mereka hanya menilai ini bukan bentrokan suporter, ya memang bukan tapi supporter marah ya bisa jadi fatal juga. Nah ini yang luput, padahal kan peristiwa Surabaya belum lama,” terangnya.
Lebih lanjut, soal over-kapasitas penonton juga jadi sorotan Anton. Akan tetapi ia ingin melihat Faktanya di lapangan lebih dulu.
Baca juga: Soal Penggunaan Gas Air Mata di Tragedi Kanjuruhan, Indonesia Bisa Lolos Sanksi Berat FIFA?
Seperti diketahui, diberitakan sebelumnya bahwa panitia penyelenggara menjual tiket sebanyak 45 ribu, penjualan tiket itu pun sudah melanggar ketentuan dan melebihi dari kapasitas Stadion Kanjuruhan yang berkapasitas 42 ribu penonton.
“Ya, katanya demikian yang harus kita cari tahu dulu kebenaran Faktanya apakah benar panitia mencetak lebih dari kepastian stadion itu harus kita cek juga,” ujarnya.
Secara keseluruhan, Anton melihat tragedi di Stadion Kanjuruhan merupakan ajang evaluasi besar-besaran terhadap jalannya Liga di Indonesia.
Menurutnya, semua stakeholder punya peran kesalahan masing-masing atas kejadian ini mulai dari suporter yang turun ke lapangan, antisipasi pihak keamanan yang berlebihan hingga melontarkan gas air mata, jadwal terlalu malam hingga hadirnya penonton di Lapangan yang sudah melebihi kapasitas.
“Nah ini lah kalau kita bicara siapa yang salah yang harus kita bobot dulu, pihak PSSI bagaimana, Panpel kan nempel ke PSSI. Pihak keamanan juga, terus sikap dari broadcaster gimana apakah ada peran juga,” kata Anton.
“Ini yang harus kita pilah satu-satu sehingga bisa kita lihat masalah ini dengan jernih dan untuk sampai pada oh yang salah bobot paling tinggi itu si A nanti kemudian kalau ada sanksi, sanksinya sesuai bobot. Ya kira-kira begitu,” pungkasnya.