Akan tetapi dari segi permainan bukan berarti tanpa evaluasi.
Satu di antara yang menjadi catatan untuk laga kedua ialah rapuhnya barikade pertahanan skuad Garuda.
Sebagai bukti, Jordi Amat dkk kerap kali kecolongan ketika Kamboja melancarkan serangan baik.
bahkan jika menyoal efektifitas, skuad asuhan Ryu Hirose jauh lebih baik.
Pasukan Angkor -julukan Timnas Kamboja- sepanjang laga membukukan 4 tembakan dan dua on target.
Dari dua shot on target satu gol tercipta. Ini menjadi pembelajaran bagi pertahanan Indonesia yang mudah ditembus meski tim lawan minim dalam melancarkan serangan.
2. Penyelesaikan Akhir Bermasalah
Sejumlah peluang emas dihasilkan oleh Timnas Indonesia.
Sepanjang laga, ada enam hingga tujuh peluang emas yang seharusnya bisa dikonversikan menjadi gol.
Namun sayang, seabrek peluang yang dimiliki Timnas Indonesia cuma dua yang bisa dijadikan gol.
Terlebih, dua gol yang dibukukan skuad asuhan Shin Tae-yong bukan berasal dari striker murni.
Ini menjadi catatan bagi Shin Tae-yong untuk mengasah ketajaman barisan bombernya, seperti Dendi Sulistyawan, Ilija Spasojevic maupun M Rafli.
3. Kurangnya High Pressing
Timnas Indonesia terlalu 'selow' ketika kehilangan bola.