Akmal membandingkan sepakbola Vietnam saat ini sudah dapat berkembang maju padahal kondisi mereka dulu lebih rusak dari Indonesia.
Menurutnya, Vietnam bisa bangkit dari persoalan pengaturan skor karena melakukan reformasi besar-besaran di federasinya.
“Kita nggak usah ngomong jauh-jauh dulu Piala Asia untuk bisa setara dengan Vietnam dan Thailand saja sudah bagus, ini malahan kita kemungkinan disusul Kamboja,” ujar Akmal.
Akmal menambahkan permasalahan di sepakbola Indonesia bukan siapa yang memiliki kemampuan untuk melakukan
reformasi, namun siapa yang punya anggaran kepada pemilik suara.
Dia pun tegas menyatakan kualitas sepakbola akhirnya menjadi ditentukan oleh para bohir.
“Kalau semua dibangun dengan pola pikir demikian sepakbola kita nggak akan maju, jadi sebaiknya mencari orang yang mau fokus hanya untuk PSSI sampai selesai periode,” tutur Akmal.
Lebih lanjut, Akmal menjelaskan sebenarnya yang menjadi penentu sepakbola maju atau tidak ada di tangan voters.
Sedangkan voters datang ke KLB bukan untuk kepentingan memperbaiki sepakbola tetapi bagaimana mendapatkan dana dari bohir.
“Ketika pemilihan ketum PSSI dilakukan secara transaksional maka pengurus yang terpilih nggak akan pernah memikirkan bagaimana mengembang prestasi namun mencari cara agar modal balik,” urai Akmal.
Menjaga Marwah
Mantan Deputi Sekjen PSSI Fanny Riawan tidak habis pikir jabatan Ketua Umum PSSI hanya dijadikan batu loncatan untuk menjadi pejabat pubik.
Dia menyangsikan orang tersebut tidak memahami betapa bernilainya bagaimana mengurus marwah sepakbola.
“Bayangkan Presiden FIFA diundang dalam pertemuan G20 yang melibatkan para pemimpin negara di dunia, jadi betapa bernilainya menjadi ketua umum PSSI,” ungkap Fanny.
Begitupun saat final Piala Dunia 2022 di Qatar seluruh pemimpin federasi diundang, mereka mendapat posisi VIP di atas kepala negara.
“Saya nggak tahu apakah ketua umum kita hadir, intinya di dalam organisasi sepakbola internasional posisi mereka sangat ditinggikan sehingga kalau masih merasa kurang bergengsi saya jadi bingung,” tuturnya.
Fanny berpesan kepada calon ketua umum PSSI yang akan terpilih agar menandatangani surat integritas yang menyatakan tidak akan memanfaatkan posisinya untuk maju sebagai pejabat publik.
Dia menegaskan sudah seharusnya ketua umum PSSI bekerja menjalankan amanah untuk memperbaiki sepakbola Indonesia.
“Saya memohon siapapun yang menjabat nanti agar ada penandatangan surat integritas tersebut sehingga pekerjaannya betul-betul ditekuni dan ingat marwah sepakbola dititipkan kepada beliau- beliau itu,” pungkasnya. (Tribun Network/Reynas Abdila)