Bahkan, dia sampai tak mau melihat prosesnya saking tegangnya.
"Saya tidak menyaksikan penalti tetapi senang ketika mendengar gemuruh riuh. Eksekusi penalti bukan untuk saya, jadi saya kagum pada siapa pun [yang melakukannya]," Potter mengungkapkan.
"Ada banyak emosi. Pada akhirnya tegang tetapi para pemain bermain fantastis. Saya senang mereka mendapat kemenangan dan bagus untuk semua orang di sini," kata Potter kepada BT Sport.
Dia menjelaskan perihal ditunjuknya Havertz jadi eksekutor.
"Saya tahu lawan melakukan pelanggaran. Pilihannya antara dia [Havertz] atau Reece [James]. Kadang-kadang mereka harus merasakannya di lapangan. Jelas kami memiliki kepercayaan pada Kai," ujarnya.
Kemenangan tersebut mengurangi tekanan pada Potter. Pria berusia 47 tahun ini jadi sasaran kecaman setelah The Blues sempat terperangkap dalam enam laga tanpa kemenangan.
Ini juga kali pertama mereka meraih kemenangan beruntun sejak Oktober.
Menyusul peluit panjang dibunyikan wasit Danny Makkelie, emosi di antara para pemain, staf, dan pendukung Chelsea merangkum dengan sempurna apa arti hasil tersebut bagi klub.
Dan setelah pertandingan, rekaman di dalam terowongan menjadi saksi bagaimana reaksi sang bos, Todd Boehly.
Dia terlihat menunggu di terowongan Stamford Bridge.
Begitu Potter datang, sembari tersenyum lebar miliarder dari AS ini langsung memeluk hangat sang pelatih.
Pelukan hangat Itu menjadi sinyal kuat tentang masa depan Potter di Stamford Bridge. (Tribunnews/den)