"PSG bisa membuat Anda sedih. Anda merasakan itu dari banyak fans mereka yang hadir di Munich," ungkap Phillip Lahm dikutip dari Caught Offside.
"Harapan mereka soal kemungkinan terjadi hal luar biasa selalu kandas setiap tahun."
"Qatar menyuntikkan banyak uang di PSG. Di atas kertas hal itu membuahkan hasil tetapi dari segi olahraga tim itu tetap menjadi sebuah kegagalan besar," sambungnya.
Lahm turut membandingkan situasi Messi di PSG dan Timnas Argentina.
Menurutnya, Messi lebih bahagia ketika tampil bersama Tim Tango.
Pasalnya Argentina bermain dan terbentuk sebagai sebuah tim.
Hal itu tak terjadi ketika Messi kembali ke PSG.
Sama halnya, masih menurut Lahm, seperti Kylian Mbappe.
Baca juga: Aura Negatif Muncul di Sekitar Lionel Messi, Suporter PSG Tetap Tak Bisa Disalahkan
Mbappe benar-benar moncer di Prancis lantaran timnya bermain sebagai unit.
"Messi bisa sukses di timnas Argentina seperti halnya Mbappe di Prancis," ujar Lahm.
"Semua bermain untuk satu dan saling memiliki."
"Messi menunjukkan beberapa momen di mana ia merupakan pemain bintang saat bermain di Munchen."
"Namun kemampuannya itu tak didukung dengan alasan dan tujuan yang jelas. Messi tidak mendapat bantuan dan putus asa," lanjutnya.
(Tribunnews.com/Guruh)