News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Raja Sapta Oktohari: Olahraga Sebagai Alat Pemersatu Bangsa Bukan Pemecah Belah

Penulis: Abdul Majid
Editor: Toni Bramantoro
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Komite Olimpiade Indonesia, Raja Sapta Oktohari

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Abdul Majid

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Ketua Komite Olimpiade Indonesia (NOC Indonesia), Raja Sapta Oktohari tak ingin Indonesia kembali mendapatkan sanksi dari olahraga internasional seperti yang pernah WADA jatuhkan kepada Indonesia sebelumnya.

Kala itu, Indonesia tak boleh mengibarkan bendera merah putih dan menyanyikan lagu Indonesia Raya saat para atlet Indonesia meraih juara di negara lain.

Hal itu ditekankan Okto, sapaan akrabnya lantaran Indonesia kini tengah menghadapi masalah.

Permasalahan terjadi dalam persiapan Piala Dunia U-20 2023 yang akan bergulir di Indonesia pada 20 Mei – 11 Juni 2023.

FIFA secara mengejutkan membatalkan drawing Piala Dunia U-20 yang dilaksanakan pada 31 Maret mendatang.

Adanya suara penolakan Timnas Israel tampil Piala Dunia U-20 disinyalir jadi alasan FIFA membatalkan.

Apabila Indonesia batal menjadi tuan Rumah Piala Dunia U-20, kemungkinan ada sanksi yang siap diberikan mulai dari Indonesia dibekukan FIFA, tidak bisa mengikuti agenda resmi FIFA hingga federasi lain bakal mempertimbangkan Indonesia sebagai tuan rumah termasuk Olimpiade.

“Kita memiliki pengalaman pada saat Indonesia disanksi wada dan saat itu rakyat Indonesia sangat terpukul. Di NOC Indonesia ada 67 cabor yang secara keseluruhan membawahi 100 juta populasi yang ada di Indonesia, yang isinya atlet elit, atlet madya maupun atlet-atlet pemula, itu dari seluruh Indonesia,” kata Okto di Kantor NOC Indonesia, Senayan, Jakarta, Rabu (29/3/2023).

“Apapun yang kita lakukan hari ini akan jadi dampak terhadap cita-cita masyarakat Indonesia yaitu mengumandangkan indonesia raya dan mengibarkan bendera merah putih bukan di daerah masing-masing tapi di negara lain,”

“Nah ini yang jadi dasar bahwa di dalam piagam Olimpiade tidak ada diskriminasi walaupun dalam pelaksanaannya ada mekanisme, mekanismenya itu bisa diatur sesuai dengan statuta atau AD/ART dari cabor masing-masing,” sambungnya.

Untuk itu, Okto meminta para pemangku kepentingan dan pengambil keputusan untuk benar-benar memikirkan dampak kedepan bagi keberlangsungan olahraga Indonesia.

Okto tak ingin masuknya politik ke ranah olahraga dalam hal ini justru Indonesia malah dikucilkan oleh negara-negara luar.

Yang pasti bagi Okto bahwa olahraga merupakan alat pemersatu bangsa bukan alat pemecah belah bangsa.

“Sekali lagi kami berharap para pengambil kebijakan di negeri ini bisa memberikan dukungan kepada olahraga Indonesia sebagai alat pemersatu bangsa jangan gunakan olahraga sebagai alat pemecah bangsa karena olahraga sudah terbukti dari dulu sampai hari ini membuat Indonesia semakin kuat,” ujar Okto.

“Jangan sampai Indonesia yang sudah jadi negara besar, jadi bagian tuan rumah G20 itu bisa dikerjakan malah dikucilkan dari dunia internasional,” pungkasnya.

Sementara itu, mengenai kepastian gelaran Piala Dunia U-20 yang bergulir pada 20 Mei, Ketua PSSI Erick Thohir hari ini tengah bertemu FIFA guna bernegosiasi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini