Program Director Bakti Olahraga Djarum Foundation, Yoppy Rosimin mengatakan, lapangan bola di Supersoccer Arena menggunakan rumput sintetis. Supersoccer Arena juga dilengkapi sarana atletik dan panahan yang utamanya dibangun untuk pelatihan calon atlet dari usia dini.
“Sepak bola putri memiliki peluang untuk terus maju dan berkembang. Oleh karena itu, Milklife Soccer Challenge mengadakan program pembinaan dan pemassalan dari level siswi SD. Pada tahapan awal ini, kami berupaya menarik sebanyak mungkin minat dan kecintaan masyarakat terhadap sepak bola putri. Kami juga ingin mengenalkan bahwa sepak bola adalah olahraga yang fun sekaligus menyehatkan,” kata Yoppy.
Untuk mempopulerkan sepak bola putri di kalangan siswi SD tersebut, Milklife Soccer Challenge dijadwalkan akan bergulir sebanyak tiga hingga empat kali dalam setahun.
Diharapkan, dengan kegiatan yang rutin tersebut, masyarakat bisa semakin mengenal dan memiliki minat yang tinggi terhadap cabang olahraga ini.
“Agar olahraga ini berkembang, kuncinya adalah konsistensi. Untuk itu, komitmen kami adalah menyelenggarakan kejuaraan seperti ini tiga hingga empat kali dalam satu tahun. Dan kami berharap tidak hanya di Kudus, tapi bisa diselenggarakan di kota lain agar geliat sepak bola putri di berbagai wilayah Indonesia bisa bangkit dan melahirkan atlet-atlet yang mengharumkan nama bangsa di masa mendatang,” jelas Yoppy.
Bergulirnya Milklife Soccer Challenge 2023 disambut baik oleh para guru olahraga, salah satunya ialah Welly Elmando dari SD 2 Mlati Norowito. Sejak mengikuti pelatihan sepak bola pada Maret lalu, ia berhasil membentuk tiga tim U-10 dan satu tim U-13 tim sepak bola yang akan bertanding di kejuaraan ini.
Menurutnya, kejuaraan yang diikuti oleh siswa sekolah dasar ini sangat efektif untuk mengenalkan sepak bola putri di kalangan siswi SD.
“Dengan mengenalkan olahraga ini di kalangan siswi, diharapkan mereka tidak hanya tahu tapi juga mencintai dan memiliki minat untuk mengembangkan bakat di sepak bola putri. Ini adalah pondasi yang bagus untuk membangun ekosistem sepak bola putri sehingga kelak dapat berprestasi. Yang terpenting, turnamen ini menjadi alat anak-anak untuk belajar sepak bola dengan senang hati dan tanpa paksaan. Minat dan ketertarikan anak-anak akan terbangun dengan sendirinya,” urainya.
Sementara, salah satu peserta asal SD Negeri 2 Rendeng, Asyifa Sholawa Farizqi memiliki ketertarikan pada dunia sepak bola sejak berumur delapan tahun. Syifa, panggilan akrabnya, telah mengikuti pendidikan di salah satu Sekolah Sepak Bola (SSB) di Kudus, hingga saat ini di usianya yang menginjak 10 tahun.
“Aku suka sekali olahraga, apalagi sepak bola putri. Aku ingin menjadi pemain tim nasional putri Indonesia,” kata Syifa.
Syifa juga berhasil menorehkan prestasi dengan meraih gelar Best Player pada Festival Sepak Bola Kelompok Umur 10 Bupati Cup 2022.