Ya ini pelajaran juga harus jaga etika dan konsisten dengan keputusan yang diambil karena sepak bola itu luar biasa.
T: Setelah Anda tak lagi menjadi Menpora, menurut Anda Menpora yang sekarang ini harus fokus ke program apa. Pasalnya banyak program-program yang sudah Anda lahirkan di masa kepemimpinan Anda?
J: Ya sisa waktu yang tidak terlalu lama sampai Oktober 2024.
Sebelumnya saya sudah ngobrol juga dengan Mas Dito (Ariotedjo—Menpora), penataan yang sudah dilakukan mesti dipertahankan misalnya tata Kelola.
Selain itu, Kemenpora sebelumnya hampir 10 tahun tidak pernah WTP (Wajar Tanpa Pengecualian/Opini dari BPK) bahkan dua tahun disclaimer (Tidak Menyatakan Pendapat) dan saya Alhamdulillah, tahun ketiga masuk keempat selalu WTP terus.
Nah itu harus dipertahankan tata kelola organisasi birokrasi.
Lalu ketika saya menjadi Menteri, kami melahirkan Perpres 86 tahun 2021 tentang Desain Besar Olahraga Nasional (DBON).
Ini perlu dijalankan Insya Allah akan ada hasil yang dipetik.
Awal dimunculkannya DBON, banyak kalangan yang mempertanyakan. Saya bilang saya mau buat fondasi.
Bisa saja prestasi itu terjadi ketika saya sudah tak jadi menteri tapi fondasi kuat tentang pembinaan olahraga.
Jadi daripada menciptakan sesuatu yang supaya beda saja akhirnya tidak terurus, lebih baik diteruskan dan Mas Dito sudah setuju.
Rasanya jangan dibiasakan ganti menteri ganti kebijakan yang akhirnya tidak jalan.
Terkait DBON itu melibatkan banyak pakar, tapi ada suara yang mengatakan kenapa cabor seperti gulat tidak masuk?Apakah cabor-cabor di dalam DBON ini ada promosi degradasi atau bagaimana?
Kami harus memiliki parameter untuk menentukan sebab kalau tidak, kita tidak akan fokus dan DBON itu ada target tahun 2045 kita di peringkat lima dunia.