Marc-Andre ter Stegen menepis upaya mantan gelandang Barcelona Ivan Rakitic dan tembakan Dodi Lukebakio, sementara Gavi dengan luar biasa memblok dengan dadanya untuk menggagalkan Lucas Ocampos.
Eksperimen Xavi dengan Raphinha terhenti ketika pemain Brasil itu terjatuh karena cedera dan ia digantikan oleh pemain lulusan La Masia Fermin Lopez, yang menyelamatkan Barcelona di Mallorca dengan gol telat.
Sang gelandang dengan cepat mendapat umpan dari bintang muda berusia 16 tahun Yamal namun hanya mampu melepaskan tembakan lembut, satu-satunya momen mengecewakannya dalam penampilan yang mengesankan.
Tembakan Gavi dibelokkan tipis saat Barcelona membalikkan keadaan untuk mencari gol pembuka.
Akhirnya terjadi, dari sumber yang tidak terduga, dengan Ramos secara tidak sengaja menghalau sundulan Yamal kembali ke area berbahaya melewati Orjan Nyland.
Sentuhan Ramos disambut dengan peluit oleh para penggemar Barcelona atas sejarahnya di ibu kota Spanyol, yang berubah menjadi sorak-sorai ironis saat gol bunuh diri-nya diputar ulang di layar lebar di Stadion Olimpiade.
“Dalam pergerakan itu Ramos bertahan dengan baik, dia mengalami nasib buruk. Bola mengenai dia dan dia tidak punya waktu untuk bereaksi sesuai keinginannya,” kata pelatih Sevilla Jose Luis Mendilibar.
Lamine Yamal dan Sergio Ramos pernah bergandengan tangan sebelum masuk lapangan di masa lalu.
Tepatnya pada El Clasico sekitar 7 tahun silam.
Saat itu Lamine Yamal masih berusia 9 tahun. Ia menjadi anak pengiring pemain yang digandeng kebetulan saat itu dia digandeng oleh Sergio Ramos.
Keduanya masuk lapangan dengan bergandengan tangan, dalam El Clasico mengenang Johan Cruyff yang meninggal dunia pada 24 Maret 2016.
Saat itu Lamine Yamal memakai kaus biru bertuliskan Merci Johan, dia digandeng Sergio Ramos menuju lapangan. (Tribunnews/mba)