Abdelwahed mengatakan beberapa orang yang tidak memiliki tiket mencoba masuk ke dalam stadion, menurut sumber keamanan stadion.
Gambar yang diposting di media sosial menunjukkan lautan orang di luar stadion.
Abdelwahed dari Al Jazeera mengatakan, menurut Federasi Sepak Bola Irak, sekitar 90 persen tiket telah terjual sebelum pertandingan dimulai.
Ia menambahkan, hal ini membuat marah banyak penggemar sepak bola Irak, lantaran beberapa di antaranya melakukan perjalanan melintasi beberapa provinsi untuk menyaksikan pertandingan tersebut.
Untuk “meredakan kemarahan” para penggemar yang diusir dari sekitar stadion, pihak berwenang memasang layar besar di zona penggemar di alun-alun utama kota “untuk memberi mereka kesempatan menonton pertandingan di luar ruangan”, kata Abdelwahed. .
Adapun turnamen dimulai pada 6 Januari 2023 diikuti Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Yaman dan Irak.
Ini adalah pertama kalinya sejak 1979 Irak menjadi tuan rumah turnamen tersebut.
Sanksi yang diterapkan selama beberapa dekade terhadap Irak telah mencegah negara itu menjadi tuan rumah acara olahraga apa pun.
Abdelwahed mengatakan puluhan ribu orang datang dari luar negeri, sehingga memberikan “tekanan lebih besar pada infrastruktur kota yang sudah lemah”.
“Pihak berwenang mengatakan mereka beruntung menjadi tuan rumah acara istimewa seperti itu, namun kota ini belum sepenuhnya siap sebagaimana mestinya,” katanya.
“Basra telah mengalami beberapa masalah dalam beberapa dekade terakhir, seperti kurangnya layanan, kekosongan keamanan, dan banyak konflik baru-baru ini.”
Abdelwahed mengatakan pemerintah pusat di Bagdad tidak memiliki rencana pembangunan apa pun untuk kota di selatan itu “walaupun Basra adalah kota yang kaya, 70 persen minyak Irak [berasal dari Basra], kota ini masih menderita dan sebagian terpinggirkan.”
(Tribunnews.com/Chrysnha)