Memang ini tak akan mudah. Oleh karena itu ia akan cukup selektif dalam menerima tawaran untuk melatih nantinya.
"Sejujurnya, suatu hari nanti saya ingin mengangkat trofi Liga Champions sebagai pelatih."
"Saya tahu itu sangat sulit. Orang-orang menganggapnya sederhana, tetapi Anda harus tetap berada di klub yang tepat, klub yang sesuai dengan ambisi Anda, klub yang siap mengambil langkah terakhir untuk memenangkan Liga Champions," kata dia.
Salah satu hal yang mendorong Conte memiliki keinginan tersebut adalah sang ayah.
Ayahnya pernah memimpikan dirinya mengangkat trofi si Kuping Besar. Ia pun berkeinginan untuk mempersembahkan trofi tersebut untuk ayahnya.
"Saya ingin memberikan kegembiraan ini kepada ayah saya. Dia mengatakan kepada saya 'Saya ingin melihatmu mengangkat Liga Champions'. Itu tidak mudah, tapi semua orang bisa punya mimpi," ungkapnya.
Baca juga: Conte Bicara soal Peluang Kembali Latih Juventus, Ungkap Satu Syarat agar Bisa Terjadi
Demi meraih keberhasilan itu, Conte akan terbuka dengan inovasi soal taktis di lapangan.
Seperti diketahui, Conte selama ini dikenal dengan gaya formasi 3-5-2, yang dianggap sebagian orang adalah formasi bertahan. Menurutnya, itu tidaklah benar.
"Orang mengira 3-5-2 adalah sistem bertahan , padahal itu tidak benar. Lihat saja berapa banyak gol yang saya ciptakan."
"Tim mencetak gol di setiap musim. Itu tidak tergantung pada apakah ada tiga atau empat pemain bertahan, itu tergantung pada bagaimana Anda membangun tim dan membangun serangan."
"Pada saat yang sama, tidak baik jika terlalu menyerang. Dan juga tidak terlalu defensif. Anda harus menghormati karakteristik para pemain dan beradaptasi dengan mereka."
"Pengalaman saya mengatakan bahwa jika Anda ingin memenangkan kejuaraan atau mengangkat trofi, Anda harus memiliki tim yang seimbang.
"Musim lalu Manchester City adalah contoh terbaik dari sebuah tim dengan keseimbangan yang hebat, baik dalam bertahan maupun menyerang,” tukas Conte.
(Tribunnews.com/Tio)