News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Euro 2024

Masalah Southgate dengan Rasa Malu, Inggris Perlu Berubah di Euro 2024

Penulis: Muhammad Nursina Rasyidin
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Reaksi pelatih Inggris Gareth Southgate saat pertandingan final sepak bola UEFA EURO 2020 antara Italia dan Inggris di Stadion Wembley di London pada 11 Juli 2021. FACUNDO ARRIZABALAGA / POOL / AFP

TRIBUNNEWS.COM - Pernyataan menggelitik dari mantan pemain Inggris dan Manchester United terkait Gareth Southgate yang menangani skuad The Three Lions di Euro 2024.

Gareth Southgate seakan berkonflik dengan rasa malu yang ada di dalam dirinya sendiri, membatasi, membiarkan, serta membatasi keputusannya ketika memilih pemain Timnas Inggris yang dihuni oleh talenta terbaik.

Hasilnya, tidak ada keseimbangan dalam permainan timnas Inggris di Euro 2024, meskipun kemenangan tipis 1-0 atas Serbia dan 1-1 dari Denmark.

Secara statistik, taktikal dan strategi, hingga manajemen pemain, Southgate masih terlihat belum meyakinkan membawa Inggris mencapai puncak Kejuaraan Eropa tahun ini.

Gelandang Inggris #10 Jude Bellingham (Kiri) dan pelatih kepala Inggris Gareth Southgate memberi salam kepada publik di akhir pertandingan sepak bola Grup C UEFA Euro 2024 antara Denmark dan Inggris di Frankfurt Arena di Frankfurt am Main pada 20 Juni 2024. (Foto oleh JAVIER SORIANO / AFP)

"Ini pertama kalinya saya merasa Gareth Southgate sedikit berkonflik dengan rasa malu akan kekayaan ini," ucap Gary Neville dikutip dari Sky Sports.

Southgate tidak melakukan perubahan dalam starting XI Inggris saat melawan Serbia dan Denmark,

Sorotan tajam tertuju kepada Phil Foden dan Alexander-Arnold yang bermain bukan di posisi idealnya, meskipun kedua pemain tersebut bisa bermain di tempat yang diinginkan Southgate.

Baca juga: Timnas Inggris Asuhan Southgate Memprihatinkan, Kandidat Juara Euro 2024 Loyo

Bek kanan Liverpool bermain lebih ke tengah mengisi pos gelandang, tapi dia hanya bermain 69 menit sebelum digantikan Conor Gallagher ketika melawan Serbia.

Saat melawan Denmark, Alexander-Arnold bermain lebih cepat, digantikan Gallagher pada menit 54.

Dalam kurun waktu tersebut, Alexander-Arnold hanya menghasilkan 3 peluang dan menyelesaikan 35 operan sukses.

"Ketika Anda dikeluarkan dari lapangan dalam dua pertandingan, itu bukan pertanda baik," ucap mantan pemain Liverpool, Roy Keane kepada ITV Sports, dilansir Sky Sports.

"Saya selalu berpikir itu adalah pertaruhan besar untuk memainkan pemain yang tidak bermain di sana minggu demi minggu untuk klubnya," sambungnya.

"Lini tengah adalah posisi yang sulit secara fisik dan menjaga jarak. Dia tampil buruk di kedua pertandingan," jelasnya.

"Ini adalah pertaruhan besar untuk memasukkan bek sayap ke tengah lapangan, dan ini bukan saat melawan Prancis, Jerman, atau Spanyol yang mungkin lebih tangguh," tambahnya soal ujian yang kemungkinan dihadapi Inggris jika berhasil lolos ke babak berikutnya.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini