News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kualifikasi Piala Dunia 2026

Ini Foto Nenek Maarten Paes, Seorang Blijvers Kelahiran Kediri yang Membuat Paes Bisa Dinaturalisasi

Editor: Muhammad Barir
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Foto kenangan saat Maarten Paes berfoto bersama dengan neneknya, Nel Appels-van Heyst (kanan) seorang blijver yang lahir di Kota Pare, Kediri, Jawa Timur pada 20 Maret 1940. Neneknya telah meninggal beberapa bulan lalu.

Ini Foto Nenek Maarten Paes Seorang Blijvers Kelahiran Kediri yang Membuat Paes Bisa Dinaturalisasi

TRIBUNNEWS.COM- Performa gemilang Kiper Maarten Paes dalam dua laga memperkuat Indonesia membuat sosoknya menjadi buah bibir di kalangan penggemar Indonesia.

Disebutkan Maarten Paes adalah seorang pemain yang tidak punya darah Indonesia, namun dia bisa dinaturalisasi berkat neneknya bernama Nel Appels-van Heyst yang merupakan seorang Blijvers Kelahiran Kediri.

Di akun Instagramnya, Maarten Paes yang punya hubungan sangat dekat dengan neneknya itu pernah mengunggah foto neneknya tersebut semasa hidupnya.

Maarten Paes sendiri ternyata tidak memiliki darah Indonesia sama sekali. Namun, faktor Indonesia dalam dirinya didapatkan dari neneknya yang merupakan seorang blijvers.

Blijvers adalah sebutan bagi orang keturunan Eropa yang lahir dan menetap di Indonesia saat masih bernama Hindia Belanda.

Di mana neneknya Maarten Paes dilahirkan di Indonesia? Nenek Maarten Paes lahir di Kediri pada 1940 silam. Maarten Vincent Paes memiliki garis keturunan dari nenek yang lahir di Pare, Kediri, Jawa Timur, pada 20 Maret 1940.

Maarten Paes juga sempat mengungkapkan sedikit cerita tentang neneknya.

Neneknya sempat tinggal di Indonesia selama 5-6 tahun. Sayangnya, neneknya saat itu menjadi korban Perang Dunia II.

Maarten mengatakan bahwa setelah di kamp, neneknya pindah ke Belanda dengan menaiki sebuah kapal. Setelah itu, setelah beberapa tahun, dia kembali ke Belanda dengan menaiki sebuah kapal.

Dia bercerita bahwa neneknya selalu berbicara dengan rasa syukur tentang waktu yang dihabiskan di Indonesia, terutama sebelum perang.

Keluarga neneknya berada di kamp isolasi, ibu dari neneknya (buyut Maarten Paes) meninggal dunia di Kamp Isolasi.

Ketika waktu perang, dia kehilangan mamanya (buyut Maarten Paes) di Kamp Isolasi.

"Tapi ya, dia selalu berbicara dengan rasa hormat yang tinggi terhadap bangsa dan negara," ungkap Maarten Paes di Youtube FC Dallas.

Maarten Paes sangat dekat dengan neneknya sebelum meninggal dunia.

Maarten Paes mengakui bahwa neneknya memiliki pengaruh yang amat besar di dalam hidupnya.

Meski sang nenek kini sudah tiada. Maarten masih mengingat jelas momen kebersamaan dengan neneknya.

Nenek sering memasakkan makanan untuk Maarten Paes.

"Saya sangat-sangat dekat dengannya. Dia yang memasakkanku. Dia bahkan mengajariku cara memasak," kata Maarten Paes.

Neneknya pun sempat menangis terharu saat tahu Maarten Paes pilih perkuat Timnas Indonesia.


Menurut Maarten, membela Timnas Indonesia merupakan sebuah kehormatan yang dipersembahkan untuk sang nenek.

"Sebuah penghormatan untuk nenek saya yang telah meninggal dunia (beberapa bulan lalu), dan saya sangat dekat dengannya," kata Maarten Paes dikutip dari Youtube FC Dallas.

"Dia memasakkan untukku, mengajariku cara memasak"

Maarten Paes sudah membicarakannya kepada sang nenek sebelum meninggal dunia. Momen itu adalah percakapan terakhir kalinya.

"Itu adalah percakapan terakhir kami sebelum dia meninggal dunia. Kami membicarakan hal ini, dan, ya, saya melihat dari senyum di matanya bahwa hal ini sangat berharga baginya," ucap Maarten.

 

 

 

 

Lahir dan dibesarkan di Belanda, Maarten Paes terikat dengan Indonesia karena nenek dari pihak ibu, Nel Appels-van Heyst.


Nenek Maarten Paes lahir di Kediri, Jawa Timur dan menghabiskan sebagian besar masa kecilnya di negara Asia Tenggara itu saat masih menjadi wilayah kolonial yang dikenal sebagai Hindia Belanda.

Seperti yang dijelaskan Dallas Morning News dan 3rdDegree.net awal tahun ini, ia dan keluarganya sangat menderita selama pendudukan Jepang, kehilangan ibunya dan menghabiskan dua tahun di kamp interniran.

Nenek Paes mendidiknya tentang bab-bab dalam sejarah keluarga saat ia tumbuh di Nijmegen, dan warisan neneknya membuatnya memenuhi syarat untuk proses kewarganegaraan Indonesia yang diselesaikannya awal tahun ini setelah pendekatan dari federasi sepak bola Indonesia (PSSI), yang ketuanya saat ini Erick Thohir – mantan pemilik mayoritas DC United – telah memimpin pencarian global untuk pemain berkewarganegaraan ganda guna memperkuat kumpulan pemain timnas Indonesia.

Perubahan kelayakannya untuk bermain bagi Tim Garuda masih bergantung pada proses banding FIFA yang sedang dipertimbangkan oleh Pengadilan Arbitrase Olahraga, karena Paes mewakili Belanda di level muda dan pertanyaan apakah ia terikat kontrak bergantung pada penafsiran bahasa yang rumit dalam undang-undang FIFA.

Namun, ia telah disambut dengan antusias oleh basis penggemar sepak bola yang besar dan bersemangat di negara dengan populasi terpadat keempat di dunia, yang memberikan suara untuk memastikan ia mendapatkan nominasi All-Star.

"Mereka punya komunitas besar, dan ya, karena saya bagian dari komunitas itu, mereka sangat loyal, sangat loyal," kata Paes.

"Ini luar biasa. Ya, saya tidak sabar untuk bermain untuk mereka juga. Saya melihat mereka mendukung saya dan klub kami.

 

 

Sosok Nenek Maarten Paes Kiper Timnas Indonesia, Blijvers Kelahiran Kediri, Dekat Dengan Cucu


Inilah sosok nenek Kiper Timnas Indonesia, Maarten Paes yang memiliki kisah getir.

Maarten Paes yang bergabung dalam FC Dallas itu menjelaskan bahwa ada peran sang nenek sangat besar di balik keputusannya bersedia dinaturalisasi.

Maarten Paes adalah pemain bola keturunan Belanda-Indonesia.

 

Darah Indonesianya mengalir dari neneknya yang berasal dari Kota Pare, Kediri, Jawa Timur pada 20 Maret 1940.

Nenek Paes adalah seorang Blijver.

Blijvers adalah sebutan bagi orang keturunan Eropa yang lahir dan menetap di Indonesia saat masih dikenal sebagai Hindia Belanda.

Paes mengungkapkan sang nenek sempat tinggal di Indonesia selama 5-6 tahun. Sayangnya, neneknya saat itu menjadi korban Perang Dunia II.

Selama perang, dia kehilangan ibunya dan terpaksa hidup di kamp pengungsian.

"Dia pernah tinggal selama empat sampai lima tahun di Indonesia," kata Maarten Paes, dilansir melalui Instagram FC Dallas (2/5/2024).

"Namun saat PD II bergejolak, dia akhirnya mengungsi hingga pulang ke Belanda," sambung Maarten Paes.

Emosi Maarten terasa mendalam saat dia mengingat kembali perjuangan neneknya.

"Dia selalu berbicara dengan hormat tentang Indonesia, tempat dia memiliki kenangan masa kecil yang bahagia sebelum perang merenggut semuanya."

 

Pada saat Perang Dunia II terjadi, dan keluarga neneknya berada di kamp isolasi, mama dari neneknya (buyut Maarten) meninggal dunia.

Akan tetapi, sang nenek kini sudah tiada. Walau begitu, Maarten masih mengingat jelas momen kebersamaan dengan neneknya.

Semasa hidupnya, sang nenek ternyata kerap memasakkan makanan untuk Maarten.

"Saya sangat-sangat dekat dengannya. Dia yang memasakkanku. Dia bahkan mengajariku cara memasak," kenang Maarten.

Bangga Saat Paes Putuskan Pilih Indonesia

Blak-blakan Maarten juga menuturkan momen-momen percakapan terakhir, sebelum sang nenek meninggal dunia pada bulan lalu.

Di situ Maarten Paes sempat tertegun ketika sang nenek tersenyum bangga soal keputusan naturalisasi dirinya.

"Menjadi bagian Timnas Indonesia merupakan sebuah kehormatan," ujar Maarten

"Terlebih kepada nenek saya, yang meninggal sekitar bulan lalu," lanjut pemain 25 tahun itu.

Ya, Maarten Paes sangat dekat dengan mendiang sang nenek.

Ia pun menuturkan bagiamana perasaan sang nenek ketika dirinya menjalani proses naturalisasi.

"Saya sangat dekat dengannya," kata Maarten Paes.

"Di percakapan terakhir kami membicarakan hal ini (soal naturalisasi -red)," lanjut pemain keturunan Kediri itu.

"Saya melihat senyum dari wajahnya."

Oleh sebab itu, Maarten Paes merasakan hal spesial saat tiba di Indonesia untuk ucap sumpah WNI pada Selasa (30/4/2024) lalu.

Kiper berusia 25 tahun ini menganggap bahwa Indonesia merupakan rumah kedua baginya.

"Jadi ketika saya berada di Indonesia kemarin, itu adalah perasaan yang istimewa."

"Sama seperti rumah kedua bagi saya," kata Paes.

Maarten Paes Panen Pujian Debut di Timnas Indonesia

Debut Maarten Paes bersama Timnas Indonesia mendapat sorotan dari berbagai pihak, media asia hingga dunia, Jumat (6/9/2024).

Maarten Paes tampil sensasional menjaga gawang Timnas Indonesia dari kekalahan saat bersua Timnas Arab Saudi di laga grup C putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia.

Kiper berusia 26 tahun itu melakukan penyelamatan heroik dengan menggagalkan penalti kapten Arab Saudi Salem Al-Dawsari di menit 79'.

Media dunia, ESPN menyoroti kiprah Maarten Paes. Dalam artikelnya mereka menulis Maarten Paes berubah jadi penjahat menjadi penyelamat.

Penalti yang didapat Arab Saudi itu merupakan buah dari kesalahan yang dilakukan Maarten Paes di kotak penalti.

Di awal laga, Paes sempat mengecoh stiker lawan lewat penguasaan bola di dalam kotak penalti.

Namun di babak kedua, ketika mencoba mengulangi lagi, Paes malah melakukan kesalahan dan berbuah pelanggaran penalti.

Kiper yang bermain untuk FC Dallas di Major League Soccer (MLS) itu terlalu lama menguasai bola dan berhasil dicuri pemain Arab Saudi.

Saat mencoba membuang bola, sepakan Maarten Paes justru membuat pemain Arab Saudi terjatuh sehingga terjadilah pelanggaran yang berbuah penalti.

Penalti itu tentu sempat membuat pendukung Indonesia resah. Namun Paes langsung menjawab kesalahan itu. Kiper kelahiran Belanda ini menepis penalti dari Salem Al-Dawsari yang merupakan gelandang milik Al Hilal itu.

Aksi Paes menggagalkan penalti itu membuat skor tetap berkedudukan 1-1 setelah gol Ragnar Oratmangoen di menit 19' yang dibalas Musab Fahz Aljuwary (45+3').

Selain penyelamatan penalti, Paes juga membuat penyelamatan penting lainnya. Yang paling penting adalah peluang Arab Saudi di menit injury time.

Saudi menciptakan serangan balik di menit 93'. Berawal dari akselerasi Saud Abdulhamid, ia kemudian mengirim umpan terobosan kepada Firas al-Buraikan.

Posisi Firas cukup terbuka untuk menembak karena tanpa gangguan setelah meninggalkan pemain Timnas Indonesia beberapa langkah.

Melihat situasi itu, Paes langsung berlari maju dan memperkecil ruang tembak. Aksi Paes dengan gerak cepat maju itu berhasil memblok tembakan krusial itu.

Sebelum itu, di menit 83' Paes juga menepis tembakan kencang mendatar dari luar kotak penalti yang dilepaskan Mohamed Kanno.

"Setelah berubah dari penjahat menjadi pahlawan, Paes kemudian mengangkat dirinya ke status penyelamat dengan penyelamatan brilian lainnya di masa tambahan waktu," tulis ESPN dalam artikelnya.

"Meskipun Arab Saudi lebih unggul dalam penguasaan bola, tim tamu terorganisir dengan baik sepanjang 90 menit."

FC Dallas, klub Maarten Paes bermain juga menyoroti aksi tersebut. Beberapa potongan video aksi Maarten Paes ini juga diunggah di media sosial.

Aksi Paes menggagalkan penalti itu menjadi yang keempat kalinya di musim ini. Dari enam kesempatan penalti, hanya dua yang berhasil masuk ke gawang Paes.

Penampilan apik Maarten Paes di laga debut bersama Timnas Indonesia ini membuatnya layak menyandang status player of the match.

Hasil imbang 1-1 melawan Arab Saudi membuat skuad Garuda mendapat satu poin yang cukup berharga, dan kini menempati posisi keempat klasemen grup C.

 

SUMBER: YOUTUBE FC DALLAS, MLSSOCCER


Sebagian artikel ini telah tayang di TribunSumsel.com dengan judul Sosok Nenek Maarten Paes Kiper Timnas Indonesia, Blijvers Kelahiran Kediri, Dekat Dengan Cucu

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini