Nama Cristian Gonzales mungkin yang paling diingat pecinta sepak bola tanah air di akhir 2010 silam.
Pemain asli kelahiran Uruguay itu sejak 2003 telah merumput di Indonesia. Mulai berkarier PSM Makassar sampai gantung sepatu di RANS Nusantara, Gonzales seakan menjadi ikon pemain naturalisasi Indonesia.
Situasi Gonzales memang berbeda dengan pemain-pemain keturunan di Timnas Indonesia saat ini.
Tidak memiliki darah Indonesia, pemain berjuluk El Loco itu harus menempuh waktu lima tahun penuh dan tanpa keluar dari Indonesia demi bisa mendapatkan status WNI.
Gonzales resmi menjadi WNI tepatnya pada 3 November 2010 ketika ia masih berseragam Persib Bandung. Ia juga menjadi pemain naturalisasi kedua yang dipanggil ke Timnas Indonesia setelah Arnold van der Vin yang dinaturalisasi dan bela Merah Putih pada 1952.
Iman Arif, sosok yang pernah menjadi Ketua Badan Tim Nasional (BTN) era Ketua Umum PSSI Nurdin Halid, serta berkutat di bidang teknis BTN, menceritakan bagaimana proses naturalisasi yang dilakukan pada saat itu.
Imam menceritakan, Gonzales pada saat itu diharapkan PSSI menjadi katalis untuk mempercepat peningkatan kualitas Timnas Indonesia.
Momentum naturalisasi 'angkatan pertama' ini adalah usai Gonzales Cs melaju ke final Piala AFF 2010.
Sejak saat itu, Iman mengatakan bahwa PSSI serius menjalankan program itu.
Cristian Gonzales dinilai sukses mengangkat performa Timnas Indonesia di level Asia Tenggara.
Sejak saat itu ada tim dari PSSI saat yang rutin berkunjung ke Negeri Kincir Angin untuk mendatangi pemain-pemain yang memiliki hubungan darah dengan Indonesia.
Baca juga: Erick Thohir Menanti Strategi Baru Shin Tae-yong usai Mees Hilgers & Eliano Reijnders Resmi Jadi WNI
Dalam prosesnya, Iman Arif mengatakan tidak sedikit PSSI mendapat penolakan dari pemain-pemain keturunan Indonesia yang menetap di Belanda.
Maklum, selain pada saat itu Timnas Indonesia belum berkilau, Iman mengungkapkan jika beberapa orang tua pemain itu masih menyimpan sentimen negatif dengan Indonesia.
"Banyak yang kami juga ditolak karena banyak mereka pada saat itu masih belum tertarik sama tim nasional Indonesia. Ada yang langsung nolak kami karena dari orang tuanya tidak setuju, karena dulu mungkin anti-Indonesia," ungkap Iman kepada Tribunnews, Rabu (25/9/2024).