Jelang laga kedua kualifikasi babak 3 Piala Dunia 2026, tim Indonesia berambisi "balas dendam" Australia usai kekalahan 0-4 di Piala Asia awal tahun ini, sekaligus menciptakan keunggulan dalam perlombaan di Grup C.
Pada akhirnya, tim Indonesia menunjukkan bahwa tetap optimistis.
Meski Timnas Indonesia dinilai "underdog", para pemain tim sepak bola Garuda memasuki pertandingan dengan percaya diri, memainkan pertandingan yang berimbang, saling balas serangan, tanpa tanda-tanda rasa takut melawan Australia.
Berbeda dengan spekulasi banyak pakar internasional yang menyebut Indonesia akan menjadi samsak bagi tim Kanguru.
Pelatih Shin Tae-yong mengarahkan anak didiknya untuk menyerang di menit-menit awal dan Hubner menyebut Struick punya peluang mengancam gawang lawan .
Sekitar pertengahan babak pertama, Australia mampu melancarkan sejumlah gerakan berbahaya, namun kiper Maarten Paes bermain sangat baik, terus-menerus menunjukkan bakatnya untuk menyelamatkan tim tuan rumah.
Dalam situasi yang jarang terjadi di mana kiper ini laksana tembok kokoh di benteng terakhir pertahanan Indonesia, selain itu, Indonesia juga dinaungi keberuntungan ketika bola memantul ke tiang gawang.
Keberanian Indonesia semakin terlihat jelas di babak kedua ketika tim Garuda yang kokoh dalam bertahan. Para pemain menjaga jarak dan menekan tim, sehingga menyulitkan Australia.
Maarten Paes masih menjadi penyelamat Indonesia yang andal, dengan tidak kurang dari dua situasi menghalangi tembakan berbahaya Australia.
Hingga masa tambahan waktu, Indonesia masih menjaga kekuatan fisik yang sangat baik dan proaktif penuh dalam upaya Kanguru lawan menghentikan gawang.
Di penghujung pertandingan, Indonesia sukses menahan Australia dengan skor 0-0.
Ini adalah hasil yang menyenangkan pelatih Shin Tae-yong dan timnya serta jutaan penonton timnas Garuda.
Yang jelas, Indonesia semakin tangguh dan pantas dianggap sebagai tim terkuat di Asia Tenggara saat ini.