Laporan Wartawan Tribunnews.com, Alfarizy AF
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Persija, Mohamad Prapanca, buka suara soal alasan pihaknya tidak memilih untuk mengelola Jakarta International Stadium (JIS) untuk lada kandang Liga 1 Indonesia.
Dengan mengelola sendiri stadion berkapasitas 80 ribuan penonton itu, tentu Persija bisa leluasa untuk memainkan laga kandangnya.
Langkah tersebut sebelumnya sudah dilakukan Persib Bandung, yang mengelola Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA).
Prapanca menyebutkan ada beberapa alasan yang menyebabkan Persija untuk tidak mengelola JIS secara mandiri.
Secara kepemilikan, Prapanca mengatakan JIS dan GBLA memiliki perbedaan. JIS sendiri berada dibawah Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Jakarta. Sementara itu, GBLA dibangun dan berada langsung di bawah pemerintah daerah.
"Kalau GBLA itu kan langsung di bawahnya Pemprov, jadi standarnya itu terkait dengan aturan Pemprov. JIS itu di bawah perusahaan daerah BUMD, di mana notabene pemiliknya adalah si Pemprov itu sendiri," ujar Prapanca, Jumat (8/11/2024).
"Tapi, kalau seandainya BUMD, BUMD itu kan punya nilai komersil. Dalam arti, atas investasinya, dia harus memenuhi syarat untuk pengembangan atas investasi," paparnya.
Baca juga: Reaksi PSSI Usai Timnas Indonesia Diganjar 4 Sanksi FIFA, Singgung Kesalahan Demi Kesalahan
Praktis, lanjut Prapanca, Persija harus memberikan uang yang jumlahnya sangat besar untuk membayar nilai investasi JIS.
Jika dikalkulasikan, biaya yang dikeluarkan tentu tidak sesuai dengan pemasukan yang didapatkan oleh Persija dari sebuah laga Liga 1.
"Jadi, menurut saya risikonya terlalu besar untuk kami apabila kami mengelola JIS ya, sangat megah gitu," kata Prapanca.
"Sebaiknya hari ini kami bermitra gitu, kalau kami bermitra, kami bantu komersilnya dia, tapi kami adalah sebagai tenant anchor gitu, customer utama karena kami yang mempromosikan atas Stadion JIS, selain si manajemen JIS sendiri menurut saya itu yang per hari ini paling ideal gitu," jelasnya.