TRIBUNNEWS.COM - Samsung memasang iklan permintaan maaf di tiga media cetak kawakan di AS, yakni The Wall Street Journal, The New York Times, dan The Washington Post.
Tak tanggung-tanggung, iklan itu mengisi satu halaman penuh di masing-masing koran.
Permohonan maaf tersebut menyusul penyetopan produksi dan penjualan Galaxy Note 7 yang diumumkan pada awal Oktober lalu.
Alasannya, flagship itu dianggap tak aman dari sisi baterai yang mudah panas dan rawan meledak.
Iklan yang dipajang di tiga media cetak kawakan lebih mirip seperti surat edaran.
Tak ada elemen visual yang mencolok, hanya ada delapan paragraf kata-kata dan diakhiri tanda tangan CEO Samsung Amerika Utara, Gregory Lee.
"Prinsip penting kami adalah menawarkan produk terbaik dari segi keamanan dan kualitas. Baru-baru ini kami merasa tak beruntung dalam memenuhi janji itu. Kami benar-benar minta maaf," begitu kalimat yang tertera pada iklan, Rabu (9/11/2016).
Lebih lanjut, Samsung berjanji akan memeriksa kembali segala aspek penyusun Galaxy Note 7, mulai dari hardware, software, proses perakitan, hingga struktur baterai.
"Kami butuh waktu untuk memaparkan jawaban yang benar (soal faktor-faktor penyebab insiden Galaxy Note 7," ia menuturkan.
Diketahui, peluncuran Galaxy Note 7 pada Agustus lalu disambut puji-pujian dari berbagai pihak. Tak berselang lama, laporan ledakan ponsel itu mulai bermunculan.
Akhirnya Samsung memutuskan menarik sebanyak 2,8 juta unit produknya yang beredar secara global. Pasar Indonesia yang kala itu masih menunggu proses pemesanan harus menerima pembatalan transaksi pembelian.
Pada September, Samsung kembali menjual Galaxy Note 7 versi baru yang diklaim aman.
Naasnya, laporan ledakan masih terus bergulir. Alhasil, Samsung mengumumkan penyetopan ponsel itu pada Oktober lalu.
Baterai adalah elemen yang diduga kuat sebagai penyebab ponsel mudah panas dan berisiko meledak. Namun, penjelasan rincinya beserta kemungkinan faktor lain belum diketahui.
(Fatimah Kartini Bohang/kompas.com)