"Bagaimana pun juga, Nokia dan Blackberry harus memusatkan fokus pada strategi pemasaran di Indonesia, yaitu dengan melalukan kegiatan promosi yang gencar seperti memanfaatkan aktivitas kampanye below the line dan above the line yang sudah terbukti dapat mendorong penjualan di Indonesia,” papar Risky.
Sebelumnya, peluncuran ulang fitur phone legendaris dari Nokia, yaitu Nokia3310 dinilai sukses mengalihkan perhatian pasar Indonesia terhadap merek Nokia.
Risky menyatakan peluncuran ulang Nokia 3310 akan menjadi permulaan yang baik bagi Nokia untuk kembali ke pasar Indonesia.
Tampaknya Nokia bergantung hanya pada esensi nostalgia yang ditargetkan kepada kelompok konsumen yang pernah merasakan masa-masa emas model tersebut, tanpa adanya inovasi fitur apapun.
"Di luar dari kelompok konsumen tersebut, pangsa pasar lainnya dinilai tidak akan merespons dengan baik dikarenakan harganya yang mencapai Rp 700,000, lebih dari dua kali lipat harga rata-rata fitur phone di pasaran,” ungkap Risky.
Pada tahun 2016, Nokia memimpin pasar fitur phone di Indonesia dengan pangsa sebesar 24,9% dibawah kepemilikan Microsoft.
DC Indonesia memperkirakan sebanyak 49 juta unit mobile phone akan masuk ke Indonesia pada tahun ini, yang di dominasi oleh smartphone sebesar 32 juta unit, dan diikuti oleh fitur phone sekitar 17 juta unit.
Selain itu, pangsa sistem operasi masih di dominasi oleh Android sebesar 99%.
Reporter: Dede Suprayitno