Durov meyakini kehadiran Telegram dapat memerangi kecurangan itu. Sebagai perbandingan, Telegram mengandalkan enkripsi end-to-end yang dibantu oleh cloud terenkripsi dan terdistribusi untuk pesan dan media.
Kunci dekripsi yang relevan, dipecah menjadi beberapa bagian dan tersebar di berbagai yurisdiksi. Struktur ini membuat data cloud pemilik akun seratus kali lebih aman terlindungi daripada saat disimpan oleh Google, Facebook, atau Apple.
Tak heran pemerintah dan regulator tidak senang dengan Telegram. Namun, Durov bertahan dengan layanannya dan tidak akan mengubah prinsip platform itu.
Bahkan kehadiran Telegram sebagai bentuk perlawanan atas pemerintah yang dinilai korup dan paronia tentang sejumlah hal yang dilakukan masyarakat. Sebaliknya, Durov mengatakan penting juga bagi perusahaannya tetap menjaga kepercayaan dari para pengguna layanan Telegram.
Keteguhan Durov menyebabkan Telegram rawan ditinggalkan konsumen. Jurubicara Presiden Vladimir Putin, Dmitry Peskov yang dulunya pengguna Telegram mengatakan, dirinya dan sejumlah pejabat kini beralih ke layanan media sosial lain.
Dinas keamanan Rusia mengklaim, Telegram digunakan oleh teroris untuk merencanakan serangan dan pemboman bunuh diri. Bahkan digunakan ISIS untuk menyebarkan aplikasi pembelajaran hal ekstrem. Meskipun Telegramtelah memblokir saluran ISIS, namun selalu ada saluran baru yang dibuat ISIS.
Peneliti independen kebijakan siber Iran Collin Anderson berpendapat, Telegram menyediakan layanan yang tak dapat langsung diawasi seperti panggilan telepon biasa. Hal inilah yang kemudian membuat banyak pihak yang tertarik menggunakan Telegram.
Anderson menilai aksi pemblokiran Telegram di sejumlah negara tidak beralasan. Bahkan menuding bahwa pembatasan tersebut terjadi karena faktor ekonomi.
"Sebab aplikasi tersebut dapat memotong pendapatan yang dihasilkan oleh pengisian untuk pesan teks dan airtime," kata Anderson seperti ditulis Reuters.
Reporter: Mona Tobing