Saya shock. Kaget. Ketika cek-cek email, tak biasanya saya klik email Indosat Billing.
Saya sampai screen capture tagihan itu dan saya kirim ke suami untuk memastikan apakah mata saya sehat atau lagi error.
“Ini 20 ribu, 200 ribu, 2 juta, atau 20 juta.” Tanya saya.
“Kamu ngapain aja tagihan sampai 20 juta. Gila ini.” Jawab suami.
Saya lunglai. Saya cek satu per satu bukti transaksi. Jantung saya berdebar kencang.
Saya dapati angka-angka yang bikin mumet kepala. Pembelanjaan di codapay.
Berentet. Jarak waktu pembelanjaan tiap item hanya 5-15 menit. Setiap satu item yang dibeli seharga Rp454.545.
Wow!! Bayangkan, satu item barang yang dibeli itu seharga satu gram emas.
Saya kemudian menghubungi call center Indosat dan meminta penjelasan atas transaksi-transaksi yang dimaksud.
Disebutkan bahwa item-item itu dibeli secara online untuk bermain game online. Jebrett!
Saya menangis. Menangisi kebodohan saya yang lalai menjaga anak-anak saya dari serbuan games online yang kini juga menggerogoti anak-anak Indonesia.
Saya tidak sadar, sampai “dipukul” Allah dengan kejadian ini, bahwa tindakan kita (orang tua) memberikan “hiburan” dengan gadget itu adalah bencana. Bencana besar.
Singkat cerita, surat-surat tagihan dari Indosat kami “abaikan” untuk sementara hingga pada awal September 2018 kami mendapat “Surat Cinta” dari debt collector.
Isi suratnya adalah mengingatkan kami agar secepatnya melunasi tagihan atau akan membawa persoalan ini ke ranah hukum.