Dunia Pendidikan dan Ekonomi, LDII Bersiap Menyambut Era Digital
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menyikapi tren teknologi digital yang semakin dinamis saat ini, ditandai dengan meningkatnya penggunaan smartphone, internet dan otomatisasi di beragam lini kehidupan, DPP LDII akan menggelar lokakarya nasional tentang pendidikan dan ekonomi digital.
Lokakarya yang akan digelar pada 10-13 September 2019 di Jakarta dan akan dihadiri sejumlah akademisi dan praktisi di bidang pendidikan dan ekonomi.
Dari sisi teori, lewat seminar ini peserta bisa memahami gejala atau fenomena, sementara para praktisi akan memberikan pengalamannya di era digital dan industri 4.0.
Lokakarya nasional ini menjadi penting, pasalnya, dunia sedang diterjang gelombang industri 4.0.
“Era digital yang termasuk didalamnya Industri 4.0 ini menciptakan perubahan besar, di bidang ekonomi, yang mengubah cara orang berproduksi, berinvestasi, distribusi dan konsumsi. Sementara di dunia pendidikan, dunia digital memberi pilihan-pilihan bagaimana siswa belajar dari sisi substantif, yang juga perlu penyesuaian metoda dan instrument pembelajarannya," ujar Ketua LDII Prasetyo Sunaryo dalam keterangan pers tertulis kepada Tribunnews, Sabtu (24/8/2019).
Prasetyo menambahkan, era disrupsi diupayakan menjadi era peluang, yang memindahkan aktivitas sosial, politik, dan ekonomi dari alam nyata ke alam maya, memang memerlukan upaya serius.
Menurut Prasetyo, semua manusia tak ada yang berpikir bahwa dunia bisa seperti ini.
Terjadinya economic shifting sangat terasa, yang mengakibatkan taksi dan rental mobil kewalahan menghadapi taksi online.
Bahkan kini pameran komputer sepi, karena masyarakat bisa beli secara online, demikian pula retail.
Sementara di bidang pendidikan, dunia digital sangat memungkinkan lembaga-lembaga kursus atau les, harus mengubah proses pembelajarannya, karena terdapat aplikasi yang memungkinkan siswa atau orangtua memilihkan guru les, seperti ruangguru.com dan aplikasi cara memperoleh knowledge/pengetahuan.
"Tanpa antisipasi atau pengetahuan yang cukup dalam penggunaan instrument digital, masyarakat bisa kehilangan mata pencaharian," ujar Prasetyo.
Namun di sisi lain, bila masyarakat mampu memanfaatkan, era digital memberi kesetaraan bagi semua orang untuk mengakses kesejahteraan, membuka usaha, bahkan menjadi artis di YouTube, tanpa harus membintangi film atau membuat karya seni yang hebat.
“LDII berupaya mendorong warganya untuk bisa beradaptasi dengan era digital dan revolusi industri 4.0, agar imbas terpuruknya ekonomi, bisa disiasati dengan memanfaatkan kemudahan-kemudahan di era digital ini.
Prasetyo menambahkan, kegiatan seminar ini dilakukan LDII, sebagai upaya mengurangi kesenjangan digital.
Yaitu digital divide yang mempunyai arti, sebagai kesenjangan (gap) antara individu, rumah tangga, bisnis, (atau kelompok masyarakat) dan area geografis pada tingkat sosial ekonomi yang berbeda dalam hal kesempatan atas akses dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi/TIK (information and communication technologies/ ICT)
Sementara di sisi lain, juga perlu pengenalan bahwa pengembangan ekonomi berbasis bagi-hasil akan merupakan mitra alamiah dengan ekonomi digital, karena pola penggalangan dana investasi juga semakin beragam, karena itu perlu semakin memahami pola-pola crowd fund.
“Dunia pendidikan dan ekonomi merupakan tulang punggung bangsa untuk menjadi bangsa yang maju, untuk itu kedua hal ini harus bisa beradaptasi dengan era digital, khususnya usaha-usaha yang dikelola dalam bentuk koperasi-koperasi majelis taklim dan bentuk – bentuk gig ekonomi," ungkap Prasetyo.
Kiri ke kanan: Tonang Efendi, Anggota Departemen Pendidikan dan Pelatihan LDII, Prasetyo Sunaryo Ketua LDII, Rioberto Sidauruk Sekretaris LDII.