TRIBUNNEWS.COM - Dua perusahaan berbagi tumpangan dan superapp pioneer di Asia Tenggara, Gojek dan Grab, yang masing-masing bervaluasi lebih dari 10 miliar dollar AS, dikabarkan tengah dalam pembicaraan potensi merger (penggabungan).
Dikutip Deal Street Asia, Selasa (25/2/2020), kedua manajemen perusahaan telah bertemu sesekali selama 2 tahun terakhir. Bahkan diskusi tersebut berubah menjadi serius selama beberapa bulan belakangan.
Presiden Grab Ming Maa dan CEO Gojek Andre Soelistyo disebut telah bertemu awal bulan ini untuk membicarakan kesepakatan akhir namun kedua belah pihak masih jauh dari kesepakatan.
Baca: Pengakuan Petugas Soal Istana Negara Tergenang Air
Baca: Pohon Besar Tumbang di Dekat Rumah Dinas Gubernur DKI Anies Baswedan
Berdasarkan laporan, pemberi kesepakatan yang paling potensial akam mengendalikan entitas gabungan itu.
Grab pun telah mengatakan kepada investor utamanya terkait Gojek yang menginginkan kesepakatan imbang 50-50 jika merger benar-benar terjadi.
Selain itu, sulitnya kesepakatan juga melibatkan penilaian kedua perusahaan dan izin untuk merger.
Seorang eksekutif senior salah satu entitas yang tak disebutkan namanya mengatakan, sebagai langkah pertama, Grab dan Gojek kemungkinan bakal keluar dari perang tarif yang selama ini terjadi untuk membendung kerugian kedua belah pihak.
Hal tersebut telah dilakukan oleh firma ride-hailing lain, seperti Ola dan Uber di India. Kedua perusahaan itu telah mengurangi insentif pengemudi dan menaikkan harga selama 2 tahun terakhir.
Namun seorang eksekutif Gojek mengatakan, belum ada diskusi semacam itu sebab akan mengakibatkan regulator kedua perusahaan di seluruh wilayah turun berat.
"Belum ada diskusi seperti itu," ucap eksekutif tersebut.
Kompas.com mencoba mengkonfirmasi isu tersebut dengan menghubungi kedua perusahaan itu. Namun hingga berita ini tayang Kompas.com belum mendapat tanggapan resmi apapun dari kedua belah pihak.
Dukungan investor
Sementara itu, investor dari kedua belah pihak, baik Gojek dan Grab, terbuka untuk potensi penggabungan kedua perusahaan.
Adapun saat ini, kedua decacorn tersebut telah mampu memecah investor di Asia Tenggara. Dan hanya Visa menjadi satu-satunya investor yang menyuntikkan dana di kedua perusahaan rintisan itu.
Sejak didirikan pada 2010, Gojek telah mengumpulkan investasi lebih dari 3 miliar dollar AS dalam 12 putaran. Saat ini, Gojek tengah meningkatkan putara pendanaa Seri F-nya, yang ditargetkan bisa mengumpulkan modal 2,5 miliar dollar AS.
Pada Januari tahun lalu, Gojek menutup penghimpunan modal pertamanya dipimpin oleh beberapa investor, antara lain Google, JD.com, dan Tencent, dengan partisipasi dari Mitsubishi Corporation dan Provident Capital.
Namun, jumlah yang dihimpun dari para investor tidak diungkap pada saat itu. Tapi transaksi mematok penilaian perusahaan pada angka 9,5 miliar dollar AS pada saat itu.
Sementara Grab, telah mengantongi total dana lebih dari 9 miliar dollar AS dalam 29 putaran. Terakhir pada tahun lalu, Grab menghimpun dana investasi sebesar 300 juta dollar AS dari beberapa investor, seperti Invesco Ltd yang masuk dalam putaran seri H.
Selain Invesco Ltd, beberapa perusahaan lainnya antara lain Toyota Motor Corporation, Dana Oppenheimer, Hyundai Motor Group, Booking Holdings, Microsoft Corporation, Ping An Capital, dan Yamaha Motor.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Gojek dan Grab Bakal Merger?"