TRIBUNNEWS.COM - Seiring dengan tersedianya banyak aplikasi penunjang kegiatan anak muda mulai dari aplikasi pesan singkat, editing foto, hingga hiburan atau media sosial, kebocoran atau pencurian data pengguna aplikasi mobile menjadi topik hangat yang dibicarakan.
Salah satu aplikasi yang belum lama ini ramai dikabarkan adanya pencurian data penggunanya adalah TikTok.
Aplikasi besutan ByteDance Ltd. yang merupakan wadah kreativitas ini dipertimbangkan untuk diblokir oleh Pemerintah AS dengan alasan ancaman keamanan nasional.
Terkait hal tersebut, pihak TikTok pun menyatakan bahwa TikTok melindungi privasi pengguna secara menyeluruh, termasuk dalam melindungi data pengguna dari kecurangan pihak luar. Karenanya, TikTok menghadirkan fitur anti-spam pada aplikasi miliknya sehingga dapat mendeteksi secara cepat jika terjadi tindakan apapun yang dapat merugikan pengguna.
Selain itu, James Andrew Lewis, Senior Vice President and Director of the Technology Policy Program Center for Strategic and International Studies (CSIS) di Washington, D.C. mengatakan, bahwa data pribadi pengguna pada aplikasi TikTok merupakan jenis data yang umum digunakan oleh sebagian besar aplikasi.
Pihak TikTok juga mengatakan bahwa tidak membagikannya dengan Pemerintah Cina karena tidak memiliki hak terhadap konten yang berada di luar negara mereka.
Dengan semakin naik daunnya aplikasi TikTok di seluruh dunia, membuat TikTok berkomitmen penuh untuk membangun platform yang aman dan ramah bagi pengguna dengan melindungi privasi pengguna secara menyeluruh dan transparan.
Sehingga pengguna selalu merasa nyaman menggunakan TikTok, tanpa perlu mengkhawatirkan data dan privasi mereka tersebar ke pihak lain.
“Saat kami coba cek dengan malware analysis, tidak ada aktivitas mencurigakan saat meng-install TikTok, tidak ada malware yang bersembunyi,” kata Dr Pratama Persadha, Kepala, Communication and Information System Security Research Center (CISSReC).
Pihak TikTok pun bersedia untuk lebih transparan terhadap konten yang dimilikinya dengan membuka TikTok Transparency Center sebagai upaya untuk mengembangkan kebijakan dan perlindungan yang lebih aman di platform miliknya.
“Kami juga akan menyambut para pakar dari seluruh dunia ke TikTok Transparency Center di Los Angeles dan Washington D.C., di mana kami akan berbagi latar belakang tambahan tentang praktik moderasi, kebijakan aplikasi, dan teknologi kami. Dengan memberikan wawasan tentang praktik TikTok, kami berharap dapat mendorong dialog terbuka dengan para ahli saat kami membangun upaya kami untuk mengembangkan kebijakan dan perlindungan yang terkemuka di industri yang menciptakan pengalaman yang lebih aman di platform kami,” tulis pihak TikTok.
TikTok menjadi platform bagi siapapun yang berusia diatas 14 tahun untuk mengekspresikan jati diri dan kreativitasnya dengan cara yang positif. Saat ini konten yang paling populer di TikTok diantaranya yaitu edukasi (tips, tutorial), komedi, food, fashion dan beauty, hingga olahraga.
Sebagai pengguna, masyarakat bisa mengambil langkah antisipatif terhadap data pribadi yang dimilikinya dengan memperhatikan opsi izin akses aplikasi terhadap data pribadi.
Melansir dari Kompas.com, Ahli IT sekaligus Dosen Ilmu Komputer Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Rosihan Ari Yuana mengatakan, opsi yang bersifat privasi sebaiknya jangan diset allow. Seperti misalnya contact (phonebook) dan akun sosmed lain. Lalu untuk opsi contacts, location, dan storage jika dirasa kurang aman aplikasinya bisa dimatikan permission-nya.
Jadi apakah masih perlu uninstall TikTok? Rasa-rasanya tidak karena data kita pasti aman.