TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Politisi PDI Perjuangan Budiman Sudjatmiko menyatakan, agar kekuatan sains tumbuh makin digdaya, Indonesia harus punya komite sains kepresidenan.
Komite ini diperlukan di tengah adanya pandemi, ketidakpastian dan keberlimpahan sebagai akibat revolusi 4.0 menuntut kecepatan dan ketepatan kebijakan publik sehingga Presiden butuh komite itu.
“Beberapa waktu lalu saya sempat berdiskusi dengan Dokter Mei, seorang neurosaintis dan kami bicara tentang contoh-contoh komite sains kepresidenan & kantor perdana menteri di AS, Inggris dan Selandia Baru.
Menurut saya, Presiden Jokowi juga seharusnya punya,” kata Budiman dalam keterangannya, Selasa (9/3/2021).
Budiman juga mengabarkan pertemuannya bersama Sekjen Inovator 4.0 Tedy Tricahyono dengan Prof Taruna Ikrar (neurosaintis) dan Prof Nurul Taufik (teknolog nano) yang membahas soal Neuro Nano Center untuk inovasi kebugaran dan kesehatan otak di silicon valley Indonesia yang tengah dalam perencanaan.
“Selain suara rakyat, kami sepakat suara sains juga diperlukan,” kata Budiman.
Baca juga: Tantowi Bidik Pasar Industri Berbasis Teknologi Tinggi Indonesia Masuk Selandia Baru dan Pasifik
Budiman berharap tak lama lagi akan bermunculan desa dengan konsep “silicon villages” alias desa berbasis teknologi dan inovasi revolusi industri 4.0. di banyak tempat di Indonesia.
Apalagi dalam situasi pandemi Covid-19 saat ini yang menuntut orang lebih banyak bekerja dari rumah (work from home), menurutnya gagasan tersebut harus segera diwujudkan.
Meski ia tak menampik, kenyataannya kesenjangan digital masih menjadi persoalan besar. Pelosok desa apalagi di luar Pulau Jawa banyak yang belum bisa menikmati akses internet secara baik.
Sehubungan minimnya akses internet di daerah 3T (Terdepan, Terpencil dan Tertinggal), Budiman mendorong pemerintah daerah membangun infrastruktur digital tanpa harus tergantung pada dana pusat atau perusahaan telekomunikasi.
“Salah satunya bisa dari badan usaha milik desa (BUMdes).
BUMdes bisa jadi penyedia jasa ISP (Internet Service Provider) sendiri. Mereka bisa kerja sama dengan perusahaan penyedia jaringan internet swasta dan bagi hasil,” ucapnya.
Lebih jauh untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa, gerakan Inovator 4.0 disebutnya bisa menjadi solusi kongkret dalam menjawab tantangan zaman yang berubah sangat cepat dan makin dinamis.
Baca juga: Dukung Pemulihan Ekonomi Lewat Teknologi, Ketua DPD RI Berharap BPPT Hadirkan Inovasi yang Aplikatif
Apalagi dikaitkan dengan adanya dana desa, Budiman berpendapat program yang ia gagas bisa mengoptimalkan penggunaan dana yang ada.
Sehingga dana desa tidak hanya dipakai untuk sekadar mengaspal jalan atau membuat gapura misalnya, melainkan juga untuk hal-hal yang dampaknya lebih besar bagi kesejahteraan masyarakat, utamanya peningkatan ekonomi desa melalui UMKM dan koperasi.
“Bagaimana dana desa Rp 1 milyar, Rp 1,5 milyar atau 2 milyar per tahun dipakai untuk investasi sumber daya manusia desa kemudian dipakai untuk investasi di dalam perusahaan teknologi dan menjadikan badan usaha milik desa sebagai perusahaan teknologi bukan mustahil, itu harus dilakukan,” ucap Budiman dalam seminar virtual Industri 4.0 dan Konsep Sillicon Valley Indonesia.
Menurut Budiman, dari 74.954 jumlah desa yang ada di Indonesia, jika 10 persennya saja berhasil mengadopsi konsep silicon villages dan sukses, tentu dampaknya sangat terasa bagi Indonesia, utamanya bakal dirasakan oleh masyarakat desa itu sendiri yang lebih sejahtera dan maju.
Aktivis 98 yang namanya menurut survei COPS menduduki posisi 4 untuk digadang sebagai pemimpin 2024 dari kalangan generasi muda tersebut mengungkap, kaum muda punya potensi besar mengantarkan negerinya menjadi pemenang dalam kompetensi global era industri 4.0, tetapi ia melontarkan 3 syarat.
Baca juga: Mendes Wajibkan Desa Tampilkan APBDes di Ruang Publik
Pertama, memiliki kekuatan imajinasi.
“Mesin bisa akurat, tepat dan cerdas. Tapi untuk sementara saya belum melihat mesin bisa berimajinasi,” ungkapnya.
Kedua, aktif mentransfer imajinasi dalam ilmu pengetahuan, termasuk ke dalam algoritma dan aplikasi digital sehingga bisa mengimajinasikan solusi atas persoalan-persoalan potensial muncul di masa depan.
Ketiga, berkolaborasi membuat jejaring sosial, gotong royong, dan solidaritas.
Budiman menceritakan bahwa pihaknya saat ini sedang menggagas pembangunan silicon valley Indonesia di Jawa Barat, tepatnya di daerah Sukabumi.
Nantinya di daerah tersebut akan ada banyak kegiatan penelitian dan pengembangan yang berorientasi pada teknologi revolusi industri, termasuk bioteknologi, semi konduktor, komputer kuantum dan teknologi penyimpanan energi.
“Bayangkan perusahaan teknologi di Sukabumi, tapi yang memiliki orang-orang desa,” tuturnya.
Sejalan dengan usulan Budiman, Presiden Joko Widodo sendiri saat membuka Rakernas Penguatan Ekosistem Inovasi Teknologi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) tahun 2021 di Istana Negara, Jakarta, Senin (8/3/2021) menyebut bahwa dunia tengah memasuki masa perang artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan, sehingga negara-negara di dunia termasuk Indonesia berlomba-lomba untuk dapat menguasai AI.
"Persaingan dalam menguasai AI sudah sama dengan kayak space war di era perang dingin. Siapa yang menguasai AI dia yang akan berpotensi menguasai dunia. Ini kita kejar-kejaran," ungkap Presiden.
Presiden menginstruksikan agar BPPT bersinergi dengan berbagai pihak mulai dari talenta-talenta diaspora, para peneliti di universitas, startup teknologi hingga anak-anak muda yang sangat militan.
Presiden mengungkap ada beberapa hal penting yang harus dilakukan BPPT agar bisa menjadi otak pemulihan ekonomi secara extraordinary.
Langkah pertama, aktif berburu inovasi dan teknologi untuk dikembangkan lebih lanjut dan diterapkan.
Kedua, BPPT harus mampu memiliki jejaring luas dan menjadi lembaga akuisisi teknologi maju dari manapun.
ketiga, BPPT juga harus turut ambil bagian dalam pengembangan kecerdasan buatan dan menjadi pusat kecerdasan teknologi Indonesia.
Di era informasi saat ini, penguasaan terhadap teknologi kecerdasan buatan menjadi hal yang amat krusial untuk memenangkan persaingan.
“Saya berharap agar BPPT bisa menjadi lembaga yang extraordinary, terus menemukan cara-cara baru, cara-cara inovatif dan kreatif, serta menghasilkan karya nyata yang kontributif untuk kemajuan bangsa,” tandas Presiden.