Sehingga, sangat mungkin dan tidak mengherankan jika terjadi kesalahpahaman atau konflik horizontal terjadisaat bertemu di satu tempat atau platform.
“Dengan jumlah pengguna yang makin besar ini tentunya cara kita bernavigasi di dunia maya sangatlah penting agar tidak menimbulkan masalah terutama dari sisi pendidikan,” ujarnya.
Menurutnya, saat ini tenaga pendidik dan peserta didik harus melakukan kegiatan secara daring artinya yang dulu tidak terbiasa, kini harus mulai menyesuaikan.
“Solusi terbaik yang bisa kita lakukan secara pribadi dan non-pribadi adalah dengan meningkatkan pemahaman akan ber-social media, lebih aware dengan apa yang terjadi, memiliki empati lebih terhadap apa yang disampaikan pada social media, dan menahan diri untuk tidak menyerang,” jelas Enda.
Digital Content Creator Zata Ligouw menekankan pentingnya peran orang tua dalam mengajarkan etika bermedia sosial pada anak.
“Saat anak meminta untuk memiliki gadget dan social media sendiri yang utama harus dilakukan adalah lihat sisi kesiapannya, lalu sesuaikan dengan value keluarga, tetap di monitor namun beri ruang, dan terakhir relakan,” jelas Zata.
Zeta berpendapat, jika kita bisa mengawali dengan benar maka akan lebih mudah untuk mengajarkan anak dalam beretika di media sosial. Misalnya etika berkomunikasi, terbiasa cek and ricek isian konten, menghargai karya orang lain dan membatasi info personal.