TRIBUNNEWS.COM - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) buka suara terkait dugaan kebocoran 1,3 juta data pengguna aplikasi electronic Health Alert Card (eHAC).
Kepala Pusat Data dan Informasi Kemenkes, Anas Ma'ruf, menyampaikan dugaan kebocoran data terjadi pada aplikasi eHAC yang lama.
Menurutnya, aplikasi eHAC yang lama sudah tidak digunakan sejak 2 Juli 2021.
"Kebocoran data terjadi di aplikasi electronic Health Alert Card (eHAC) yang lama, yang sudah tidak digunakan lagi sejak 2 Juli 2021," ujarnya dalam konferensi pers virtual di YouTube Kementerian Kesehatan RI, Selasa (31/8/2021).
"Sejak tanggal 2 Juli 2021, kita sudah mulai menggunakan aplikasi PeduliLindungi, dimana eHAC ini sudah terintegrasi dan berada di dalam aplikasi PeduliLindungi," lanjutnya.
Baca juga: Penggunaan Aplikasi PeduliLindungi akan Diperluas Sampai Kalangan Siswa
Ia menyampaikan, sistem eHAC di aplikasi PeduliLindungi berbeda dengan aplikasi eHAC sebelumnya.
"Sistem yang ada di PeduliLindungi berbeda dengan sistem eHAC yang lama," ungkapnya.
"Sekali lagi saya tegaskan, sistem yang ada di eHAC yang lama itu berbeda dengan sistem eHAC yang tergabung di dalam PeduliLindungi."
"Infrastrukturnya berbeda di tempat yang lain," tegas Anas.
Baca juga: 462 Ribu Orang Tak Lolos Skrining Aplikasi PeduliLindungi
Dirinya lalu menyebut, dugaan kebocoran data pada aplikasi eHAC yang lama diduga akibat kebocoran di pihak mitra.
Pemerintah kini tengah menelusuri terkait dugaan kebocoran data pengguna aplikasi eHAC tersebut.
"Dugaan kebocoran ini tidak terkait dengan aplikasi di eHAC PeduliLindungi."
"Saat ini sedang dilakukan investigasi dan penelusuran lebih lanjut terkait dengan informasi dugaan kebocoran ini."
"Dugaan kebocoran di eHAC yang lama kemungkinan diakibatkan adanya kebocoran di pihak mitra," katanya.