News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Frances Haugen Jadi Sorotan, Tuding Facebook Sesatkan Publik, Picu Ujaran Kebencian dan Kekerasan

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Francis Haugen.

"Saya telah melihat banyak jejaring sosial, dan Facebook jauh lebih buruk dibandingkan apapun yang pernah saya lihat sebelumnya," tegas Haugen.

Ia merasa yakin dengan keputusannya untuk keluar dari Facebook, meskipun banyak orang di luar sana menginginkan posisinya atau sekadar bergabung di raksasa jejaring sosial itu.

"Bayangkan, anda tahu apa yang terjadi di dalam Facebook dan anda tidak tahu siapapun di luar sana, saya tahu seperti apa masa depan saya jika saya terus berada di dalam Facebook, orang demi orang telah mengatasi hal ini di dalam Facebook dan membumikan diri mereka sendiri," papar Haugen.

Baca juga: Facebook, Instagram, dan Whatsapp Pulih Kembali Setelah 6 Jam Tumbang

Ia kemudian menjelaskan kapan dan bagaimana dirinya bisa mengambil semua dokumen itu dari perusahaan tersebut. "Pada suatu saat di tahun 2021, saya menyadari 'Oke, saya harus melakukan ini secara sistemik'," tutur Haugen.

Francis Haugen secara diam-diam menyalin puluhan ribu halaman penelitian internal Facebook.

Dari amatannya atas halaman penelitian internal Facebook yang dia dapatkan, Francis Haugen menemukan bukti menunjukkan bahwa Facebook telah berbohong kepada publik tentang apa yang disebut 'membuat kemajuan yang signifikan' dalam melawan kebencian, kekerasan dan informasi yang salah.

Picu Kekerasan Etnis

Haugen kemudian membahas mengenai ujaran kebencian, pidato politik yang memecah belah, dan misinformasi.

"Ketika kita hidup di lingkungan informasi yang penuh dengan konten kemarahan, kebencian dan polarisasi, itu mengikis kepercayaan sipil kita dan mengikis kepercayaan kita satu sama lain," ujarnya.

Selain itu, juga "mengikis kemampuan kita untuk ingin saling peduli, versi Facebook yang ada saat ini menghancurkan masyarakat kita dan menyebabkan kekerasan etnis di seluruh dunia," jelas Haugen.

'Kekerasan etnis' yang dibahas itu termasuk yang terjadi di Myanmar pada 2018 lalu, saat militer negara itu menggunakan Facebook untuk meluncurkan 'genosida'.

Haugen menyampaikan kepada CBS News bahwa ia direkrut Facebook pada 2019.

Saat itu ia setuju untuk mengambil pekerjaan tersebut hanya jika dirinya bisa melawan informasi yang salah, karena Haugen telah kehilangan teman lantaran 'teori konspirasi online'.

"Saya tidak pernah ingin orang lain merasakan sakit yang saya rasakan. Dan saya telah melihat seberapa tinggi taruhannya dalam hal memastikan ada informasi yang berkualitas tinggi di Facebook," kata Haugen.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini