News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Frances Haugen Jadi Sorotan, Tuding Facebook Sesatkan Publik, Picu Ujaran Kebencian dan Kekerasan

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Francis Haugen.

Ia kembali menjelaskan bahwa Facebook mengatakan beberapa sistem keamanan akan tetap ada. Namun setelah pemilu, jejaring sosial itu digunakan oleh beberapa orang untuk mengorganisir pemberontakan pada 6 Januari lalu.

Jaksa di AS mengutip postingan Facebook sebagai bukti, yakni foto-foto partisan bersenjata, termasuk teks bernada kemarahan.

Ekstremis menggunakan banyak platform, namun Facebook adalah 'tema yang digunakan secara berulang'. Setelah serangan itu, karyawan Facebook mengamuk di papan pesan internal yang disalin oleh Haugen.

"Apakah kita tidak punya cukup waktu untuk memikirkan bagaimana mengelola wacana tanpa memungkinkan kekerasan?," papar Haugen, menirukan apa yang disampaikan beberapa karyawan.

Menurutnya, tidak ada seorang pun yang terlahir 'jahat' di platform itu, namun kondisi dan situasi yang menciptakannya.

'Ini salah satu konsekuensi yang tidak menguntungkan, bukan? Tidak ada seorang pun di Facebook yang jahat, namun insentifnya tidak selaras, bukan? Seperti Facebook yang menghasilkan lebih banyak uang saat anda mengkonsumsi lebih banyak konten," ujar Haugen.

"Orang-orang senang terlibat dengan hal-hal yang menimbulkan reaksi emosional. Dan semakin banyak kemarahan yang mereka hadapi, maka semakin mereka berinteraksi dan semakin banyak yang mereka konsumsi," tegas Haugen.

Dinamika itulah yang menyebabkan Facebook dibombardir keluhan dari partai-partai politik besar di seluruh Eropa.

Laporan internal 2019 yang diperoleh Haugen ini mengatakan bahwa para pihak tersebut merasa bahwa perubahan pada algoritme telah memaksa mereka untuk cenderung terlihat negatif dalam berkomunikasi di Facebook, dan ini membawa mereka ke posisi kebijakan yang lebih ekstrem.

Saat ditanya terkait keluhan partai-partai politik Eropa yang pada dasarnya mengatakan kepada Facebook bahwa 'cara anda menulis algoritme telah mengubah cara kami dalam memimpin negara kami', Haugen menyampaikan bahwa perusahaan terpaksa melakukan hal itu untuk memenangkan persaingan media sosial.

"Ya Anda memaksa kami untuk mengambil posisi yang tidak kami sukai, yang memang kami tahu buruk bagi masyarakat. Kami tahu jika kami tidak mengambil posisi itu, kami tidak akan menang di pasar media sosial," tegas Haugen.

Menariknya, bukti kerusakan ini juga disebut meluas ke aplikasi yang telah diakuisisi Facebook, yakni Instagram. Salah satu studi internal Facebook yang Haugen temukan, membahas mengenai bagaimana Instagram merugikan gadis remaja.

Satu studi mengatakan 13,5 persen gadis remaja menyebut Instagram memperburuk pikiran mereka untuk bunuh diri, lalu 17 persen gadis remaja menilai Instagram memperburuk kondisi gangguan makan mereka.

"Dan yang sangat tragis adalah penelitian Facebook sendiri mengatakan, saat para gadis muda ini mulai mengkonsumsi konten gangguan makan ini, mereka menjadi semakin tertekan, dan itu benar-benar membuat mereka lebih sering menggunakan aplikasi."

"Jadi, mereka berakhir dalam siklus umpan balik ini, di mana mereka semakin membenci tubuh mereka sendiri," jelas Haugen.

Sebelumnya, Facebook mengatakan pada minggu lalu bahwa pihaknya akan menunda rencana untuk membuat Instagram khusus anak-anak muda.

Bulan lalu, pengacara Haugen mengajukan setidaknya 8 pengaduan ke Securities and Exchange Commission yang menegakkan hukum di pasar keuangan.

Keluhan tersebut membandingkan penelitian internal dengan 'wajah publik perusahaan' yang disampaikan melalui kesaksian Bos Facebook Mark Zuckerberg pada 25 Maret lalu di hadapan Kongres AS.

Berikut kesaksian Mark Zuckerberg di 25 Maret 2021:

'Kami telah menghapus konten yang dapat menyebabkan bahaya di dunia nyata, kami telah membangun program pengecekan fakta pihak ketiga yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sistemnya tidak sempurna, namun ini adalah pendekatan terbaik yang kami temukan untuk mengatasi informasi yang salah sesuai dengan nilai-nilai negara kami'.

Salah satu pengacara Frances Haugen, adalah John Tye, ia merupakan pendiri kelompok hukum Washington yang disebut 'Whistleblower Aid'.

"Sebagai perusahaan publik, Facebook diwajibkan untuk tidak berbohong kepada investornya atau bahkan menahan informasi material. Jadi, SEC secara teratur melakukan tindakan penegakkan hukum, menuduh bahwa perusahaan seperti Facebook dan lainnya membuat informasi salah saji dan kelalaian material yang berdampak buruk bagi investor," kata Tye.

Mark Zuckerberg (CNBC)

Tye pun membela kliennya yang bisa saja mendapatkan tuduhan 'mencuri dokumen perusahaan'.

"Undang-Undang Dodd-Frank yang disahkan lebih dari sepuluh tahun yang lalu, pada saat ini menciptakan Kantor Pelapor di dalam SEC. Dan salah satu ketentuan UU itu mengatakan bahwa tidak ada perusahaan yang dapat melarang karyawannya berkomunikasi dengan SEC dan berbagi dokumen internal perusahaan dengan SEC," tegas Tye.

Sementara itu, Haugen tidak menyalahkan sepenuhnya kesalahan itu kepada Zuckerberg, namun ia merasa miris melihat dampak yang ditimbulkan dari sikap tidak tegas salah satu orang terkaya di dunia itu.

"Saya memiliki banyak empati untuk Mark dan Mark tidak pernah membuat platform kebencian. Namun dia telah membiarkan pilihan dibuat, di mana efek samping dari pilihan itu adalah konten yang penuh kebencian dan terpolarisasi mendapat lebih banyak distribusi serta jangkauan," tegas Haugen.

Facebook merupakan perusahaan jejarimg sosial senilai 1 triliun dolar AS dan baru berusia 17 tahun. Platform ini memiliki 2,8 miliar pengguna, yang merupakan 60 persen dari semua orang yang terhubung ke internet di Bumi ini.

Haugen berencana bersaksi di depan Kongres AS pada minggu ini, ia meyakini bahwa pemerintah federal memang harus memberlakukan peraturan.

"Facebook telah menunjukkan bahwa mereka tidak dapat bertindak secara independen. Facebook berulang kali, telah menunjukkan bahwa mereka lebih memilih keuntungan daripada keamanan. Mereka mensubsidi, membayar keuntungannya dengan keselamatan kita," ujarnya.

"Saya berharap ini akan memiliki dampak yang cukup besar pada dunia sehingga mereka bisa mendapatkan motivasi untuk benar-benar menerapkan peraturan tersebut, itu harapan saya," pungkas Haugen.

Sumber: CBS News

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini