Siber ini diklaim menjadi serangan yang paling mahal dalam sejarah perentasan. Meski para ahli tak dapat memastikan jika serangan ini diciptakan oleh hacker asal Rusia, namun AS dan UE percaya jika serangan ini berasal dari negara pimpinan Vladimir Putin.
Untuk cara kerjanya, hacker tersebut akan menyelipkan pembaruan perangkat lunak pada alat akuntansi populer yang digunakan di Ukraina. Dengan cara ini, serangan NotPetya dapat menghancurkan sistem komputer pada ribuan perusahaan. Akibat dari serangan tersebut perusahaan yang menjadi korban merugi hingga yang 10 miliar dolar AS.
Baca juga: Balas Sanksi Barat, Joe Biden Sebut Rusia Bakal Lancarkan Serangan Siber ke AS
Ketiga, serangan Colonial Pipeline
Serangan ini terjadi pada 2021 silam, dan menargetkan perusahaan minyak asal AS, Colonial Pipeline. Dengan merentas sistem, para hacker tersebut sukses membuat tertutupnya jaringan vital pada saluran pipa minyak.
Akibat dari serangan ini Colonial Pipeline tak dapat memasok solar, bensin dan bahan bakar jet ke wilayah timur tengah. Bahkan para hacker tersebut meminta tebusan hingga 4,4 juta dolar AS yang di bayarkan dalam bentuk Bitcoin.
Meski serangan peretasan ini tidak dilakukan oleh pemerintah Rusia, namun sejumlah ahli menyebut jika siber yang menjadi dalang dari aksi ini, merupakan ransomware DarkSide asal Rusia.
Walaupun serangan ini tidak menyebabkan hilangnya nyawa atau kerusakan besar, yang tidak dapat diperbaiki, namun mengantisipasi terulangnya kembali kejadian serupa membuat pemerintah AS dan UE kini makin berhati-hati terhadap pemerintah Rusia.
Baca juga: MURI Catat SMSI Sebagai Organisasi Perusahaan Media Siber Terbesar di Dunia
Joe Biden Sebut Rusia Bakal Lancarkan Serangan Siber ke AS
Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden mengatakan, pemerintah Rusia sedang mempertimbangkan menggunakan serangan siber yang menargetkan negaranya.
Isu tersebut mencuat di tengah berkembangnya konflik di Ukraina.
Joe Biden juga mendesak sektor swasta untuk meningkatkan perlindungan terhadap serangan siber yang kemungkinan akan terjadi.
Dalam pernyataannya, Joe Biden mengatakan saat ini adalah momen kritis agar AS meningkatkan keamanan siber mereka.
"Adanya momen kritis ini untuk mempercepat pekerjaan kami untuk meningkatkan keamanan siber domestik dan meningkatkan ketahanan nasional kami," ujar Joe Biden, yang dikutip dari laman foxnews.com, Selasa (22/3/2022).
Joe Biden juga memperingatkan adanya potensi aktivitas siber berbahaya yang dilakukan Rusia terhadap AS.